Ketakutan akan masa depan

64 14 1
                                    

Berbincang-bincang dengan sirin sebentar. Roland akhirnya tahu sebagian alasan sirin mengunjungi rumahnya.

"Jadi, kamu dibayar untuk mengecek kondisiku saat ini?" Roland memiringkan kepalanya dengan bingung di sofa.

Meneguk Coca cola dengan sekali tegukan tanpa memperdulikan citranya sama sekali. Sirin mendesah dengan tidak berdaya.

"Begitulah."

Roland memiliki ekpresi aneh di wajahnya: "Siapa orang yang sangat membosankan untuk mengecek kondisiku saat ini? Aku pikir aku tidak layak sama sekali."

Melihat pemuda tampan yang berada di sebelahnya ini. Sirin langsung memiliki tatapan ekpresi menghina di wajahnya.

".... Apa salahku?"

Sirin mengangkat bahunya dengan tidak peduli. Dia melihat kembali siaran telivisi.

Kali ini adalah berita lokal.

Di dunia manapun, beritanya masih tetap saja bodoh untuk menarik penonton untuk melihatnya.

"Tentang Sara, apakah kalian benar-benar saudara kembar yang berpisah cukup lama?" Roland bertanya dengan penasaran.

Sirin mengangkat bahunya tidak peduli: "Bisa dibilang begitu."

Sosok sara dan sirin hampir mirip sama persis.

Mereka adalah kecantikan tingkat atas.

Yang membedakan mereka berdua hanyalah dari sorot tatapan mata mereka sendiri.

Sara memberikan perasaan kakak perempuan yang sangat berani dan juga bertanggungjawab, serta memiliki rasa sedikit ingin penaklukan. sedangkan sirin, dia memiliki sorotan mata yang sangat liar dan bebas.

Jika mengabaikan faktor di atas. Mereka hampir tidak bisa dibedakan sama sekali.

"Apakah menurutmu waktu berlalu saja dengan sangat cepat?"

Sirin masih diam menatap telivisi.

"Aku tahu bahwa kita itu sama."

Roland menatap telivisi dengan ekpresi wajah yang melakonis.

"Bagimu, ini hanyalah berlangsung beberapa detik atau beberapa hari. Namun bagi orang lain, ini seperti sudah berabad-abad."

Sirin masih... Diam.

"Melihat orang yang kamu kenal telah berubah itu sangat menyakitkan. Namun yang lebih menyakitkan, adalah kamu tidak bisa berbuat apa-apa."

Sirin...

....

...

...

.... Masih diam.

"Jadi aku berpikir, kenapa kita tidak membuat kenangan baru saja?"

Sirin akhirnya melihat ke Roland.

"Sudah waktunya untuk melupakan masa lalu dan membuat kenangan bahagia yang baru. Kamu tidak perlu selama-lamanya seperti ini."

Sirin terdiam sebentar, namun dia langsung berdiri dari sofa sambil meregangkan tubuhnya yang malas.

"Katakan kepadaku, kenapa kamu bisa sampai bisa mengerti diriku segitu dalamnya?"

Roland mengangkat bahunya.

"Lulus."

Dengan satu kata yang di lontarkan oleh Roland. Sirin langsung mengerti.

"Terima kasih, berbicara denganmu membuatku merasa lebih baik." Sirin tersenyum dengan cerah.

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang