Aura protagonis Harem

89 13 2
                                    

Apa itu game?

"Bukankah itu hanyalah hidupku?"

Lalu game apa yang ingin kamu buat?

Sirin tersenyum misterius: "Terlalu membosankan jika diberitahukan sejak awal. Menjaga sedikit misteri adalah kunci game ini menarik."

Kalau begitu ubah pertanyaannya, apa yang sebenarnya ingin kamu capai di dalam game ini?

Sirin sedikit kesusahan: "Pertanyaan yang licik. Namun aku bisa memberitahumu sedikit hal."

Melihat kedepannya dengan percaya diri. Sirin mendenguskan hidungnya dengan bangga.

"Aku akan mengikuti kata hatiku. Dan mungkin... Sedikit menambahkan beberapa bumbu manis."

Sirin tersenyum dengan percaya diri.

Namun bagi orang, atau cermin di depannya, tidak pernah tersenyum dari sejak awal.

Dia, hanya menatap sirin dengan diam.

___

"Sirin! SIRIN! Bangunlah!"

Membuka matanya dengan malas dan memiliki mata yang sedikit agak buram. Sirin menggosok matanya, dan dia menyadari bahwa dia barusan tadi tertidur di atas meja.

Melihat ke podium, dan melihat tidak ada guru lagi disana. Sirin tahu bahwa jam mata pelajaran sudah berakhir.

Sirin menguap dengan malas.

"UwaHh~ ada apa?"

"Sirin! Bagaimana kamu bisa masuk ke akademi? Bagaimana kamu bisa bersekolah? Bagaimana kamu tahu bahwa aku sekolah disini? Bagaimana caranya!?"

Mendorong wajah Sara yang terlalu dekat dengan wajahnya. Sirin mencubit pipi Sara yang lembut, dan nada bicara Sara langsung berubah.

"Ilin akit~"

Mendengar beberapa orang di dalam kelas menjatuhkan pensil di tangannya. Sirin menghela nafas karena sifat destruktif Sara.

"Kamu sudah dewasa bahkan masih sangat imut. Kamu harus memberi orang lain sebuah kesempatan."

Membuka mata biru seindah laut bening dan menatap sirin yang terus memainkan pipinya seenaknya saja. Sara tersenyum dengan manis, dan menikmatinya secara diam-diam.

Kali ini, para mahasiswa di dalam kelas langsung ribut.

"Hei ada seseorang jatuh dari lantai dua!"

Mengabaikan keributan di dalam kelas. Sirin masih mencubit pipi sara tanpa rasa bosan sama sekali, dan sara masih menikmatinya secara diam-diam.

Mereka mulai memasuki dunia khusus untuk mereka berdua saja. Tidak sampai seseorang pengganggu masuk.

Nastya: "Permisi."

Menarik Sara dari belakang dan memeluknya dengan sangat erat. Sirin bisa melihat bahwa Nastya sedikit mengembungkan pipinya dengan kesal.

Ini pemandangan yang sangat langka.

Sirin tersenyum kecil.

"Aku lupa masih ada satu orang lagi disini. Bagaimana dengan perasaanmu nyonya Naya?"

"Kita tidak dekat sama sekali. Jangan panggil aku dengan nada yang akrab."

"Kalau begitu aku harus memanggilmu apa? Bagaimana menurutmu William?"

Memiliki tubuh bergetar mengigil ketakutan. William menghapus keringat yang berada di keningnya, dan berusaha untuk bersikap normal.

"Ya.. aku rasa begitulah."

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang