Membuat teman

17 5 0
                                    

Memproses perkataan Hugo sebentar, kedalam ingatannya. Charlotte sempat bingung sebentar, dan setelah itu wajahnya tiba-tiba memerah.

"(Reaksimu terlalu lambat nak! Butuh waktu 9 detik untuk merespon! Aku hampir menunggu dalam kegilaan!)" Hugo berteriak di dalam pikirannya sendiri.

Memiliki detak jantung yang berdetak dengan sangat cepat. Hugo tentu saja ingin tahu reaksi gadis yang dia sukai ketika dia memujinya. Rasanya.... Tidak buruk?

Melihat pipi Charlotte memerah, dan melihat keluar dari jendela, tidak berani menatap matanya. Hugo entah kenapa merasakan keberaniannya meroket!

"Hei nak, bolehkah kita berbicara sebentar? Namaku Risty Daer. Senang berteman denganmu. Bolehkah kita bertukar tempat duduk?"

Melihat teman sekelasnya, seorang perempuan dengan wajah Asia, berambut hitam. Hugo melihat jari yang dia tunjukkan, dan langsung menggelengkan kepalanya dengan panik!

Tidak mungkin dia akan pindah! Tempat yang ditunjukkan oleh gadis itu di bagian barisan belakang! Tempat-tempat sebagai orang yang mendiskusikan pembunuhannya!

Meskipun dia tidak tahu apakah mereka benar-benar akan membunuhnya. Di bawah rangsangan hormon pemuda, itu tidak akan jauh lebih buruk!

"K-Kita sekarang sudah berangkat, bukannya tidak baik untuk berdiri disini? Setidaknya pakai sabuk pengaman." Hugo menyarankannya dengan sopan.

"Omong kosong apa yang kau katakan, bus tidak memakai sabuk pengaman." Risty juga tersenyum dengan sopan.

Tertarik dengan apa yang mereka ucapkan. Charlotte melihat kesamping, dan merasa agak iri.

"(Hugo bisa membuat teman dengan sangat mudah..)"

Mengingat sirin yang dia juga temui. Dia membandingkan dirinya dengan Hugo, dan merasa agak kecewa.

Tentu saja jika Hugo menghetahui apa yang dipikirkan Charlotte dia tidak akan tertarik sama sekali. Dia memilih untuk tidak memiliki teman jika mereka semua seperti ini!

"Tolong, kembalilah ke tempat dudukmu."

"Aku mengingat ini nak. Kau bisa lari, namun kau tidak bisa bersembunyi."

Meneguk air liurnya dengan susah payah. Tidak sampai dia melihat Risty duduk kembali ke tempatnya. Hugo menghembuskan nafas lega, dan dia merasakan punggungnya bertambah basah.

"Hugo, kamu memiliki banyak teman?"

Menoleh kesamping dan melihat Charlotte menatapnya dengan iri. Hugo tidak tahu tata letak salahnya dia dimana.

"Kenapa kau bertanya soal itu?"

Terdiam sebentar, lalu memilih kata-kata yang cocok yang ingin dia ungkap. Hugo menunggunya, dan dia akhirnya mendengar tentang isi hatinya Charlotte.

"Sebenarnya aku sangat gugup. Ketika berada di kelas, teman-temanku semuanya berbicara dengan sangat cepat. Aku tidak tahu harus bagaimana... Hehehe... Aku ingin berteman dengan banyak orang. Hugo... Bisakah kau mengajariku?"

Mendengar ucapan kata panjang yang dilontarkan Charlotte. Hugo merenung, dan dia menganggukkan kepalanya.

"Tentu, serahkan saja kepadaku."

"Benarkah, sungguh?" Mata Charlotte yang bewarna kusam, berbinar dengan sangat cemerlang.

"Aku akan berusaha..." Hugo merasakan tekanan di pundaknya semakin berat.

_______

"Jadi kau berbicara omong kosong supaya berlagak lebih pintar, namun kau menyadari bahwa kata-katamu barusan sangat bodoh!?"

"SIRIN, BANTU AKU!"

Menaiki bus selama 2 jam lebih dan sampai di tempat tujuannya mereka. Murid-murid yang telah sampai tujuan, dibebaskan untuk bersosialisasi dengan orang sekitar, dan guru-guru mulai saling bersalaman satu sama lain dengan sebuah pisau di belakang punggungnya.

Di area parkir, tempat baru saja sirin turun dari taksi. Dia langsung ditangkap Hugo, dan mulai meminta bantuannya secara terang-terangan.

"Katakan, apa yang kau sarankan kepada?"

Hugo menundukkan kepalanya dengan bersalah: "Aku berkata kepadanya untuk saling menyapa satu sama lain dengan ramah."

"Itu normal."

"Lalu dia meminta lebih, dan aku memberitahukan kepadanya untuk saling berbagi."

"Ya... Aku tidak melihat yang bermasalah."

"Tapi dia pergi ke cafetaria bersama anak-anak!"

"Persetan! Kau melempar newbie kedalam sarang BOSS!"

Sirin juga langsung panik.

"Ayo, tunjukkan jalannya!"

Tanpa mengucapkan kata patah apapun sama sekali. Hugo langsung berlari ke arah cafetaria secepat mungkin, dan sirin mengikutinya dari belakang.

"Hei Charlotte, aku membelikan ekstrim untukmu? Kau mau?"

"Aku juga memiliki banyak makanan ringan disini! Ambillah jika kau mau!"

"Charlotte, kau mau minum?"

.....

Melihat Charlotte yang di kelilingi oleh teman sekelasnya, dan banyak murid-murid lainnya. Hugo merasa bahwa situasi ini tidak seburuk yang dia duga.

"Sepertinya aku tidak perlu cemas." Hugo menghela nafas dengan lega.

".... Apakah kau benar-benar yakin?"

Melihat sirin dengan aneh. Kali ini Hugo juga mengangkat alisnya, dan melihat ke Charlotte yang gugup.

"Aku... Aku selalu membawa bekal yang dimasak saudaraku. Dia pandai memasak."

Menolak dengan halus. Charlotte yang dikelilingi oleh murid-murid di sekitarnya, mulai bertingkah semakin gugup, dan katanya mulai terbata-bata.

"Aku... Aku..." Charlotte menundukkan kepalanya, dan memegang kotak makan siangnya dengan tangan yang penuh keringat dingin.

Hugo yang dari kejauhan, juga bisa merasakan bahwa Charlotte sekarang sangat gugup.

"Biar aku urus yang ini."

Melambaikan tangannya kepada Hugo. Sirin melihat Charlotte di tengah-tengah kerumunan, dan dia menghela nafas tidak berdaya.

Sirin mulai berjalan semakin dekat... Dan menepuk kepala Charlotte dengan lembut.

Sirin tersenyum.

".... Charlotte, membuat teman itu sangat mudah."

Tapi untuk memilih... Untuk menghormati, dan mengembalikan, sebanyak yang kau berikan kepada mereka.

Itulah bagian yang menyulitkan.

Mungkin persahabatan tidak akan ada sampai seseorang memilihmu. Namun...

Itu tidak berarti anda tidak bisa memilihnya juga.

"Charlotte, tersenyumlah."

Melihat senyuman yang ada di wajahnya sirin. Charlotte juga ikut tersenyum manis, dan semua murid yang melihat ini menjadi tenang.

"Aku akan menaruh cemilanku disini. Jika tidak mau tidak apa-apa! Aku ikhlas!"

"Aku juga akan menaruhnya di atas meja. Pokoknya kaleng spirit punyaku!"

"Bagaimana dengan mencoba masakan kakak? Masakan kakak tidak kalah jauh dengan masakan saudaramu itu!"

....

Melihat bahwa orang di sekitarnya semakin ramah. Charlotte tersenyum semakin cemerlang, dan menganggukkan kepalanya dengan senang.

Sirin tersenyum lembut.

Buatlah mereka cocok denganmu.

Hadapi rasa takut...

Dan ketakutanmu akan menghilang.

Hanya... seperti ini.

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang