🌻
Besoknya Tania berniat menghampiri Nata ke kantornya, meminta pertanggungjawaban kepada pria tua bangka itu. Setelah berkemas memasukkan barang bawaan seperti hasil USG kemarin dan lain sebagainya, Tania langsung berangkat kesana. Walaupun perjalanan memakan waktu selama satu jam lamanya, tapi Tania begitu semangat menghampiri Nata, ya semangat ingin memaki pria tua itu.
Sampainya di tujuan, Tania tidak
langsung memasuki kantor Nata tapi Tania harus melihat-lihat sekitar, takut-takut Felicie melihatnya berada di kantor tempatnya bekerja. Bisa kacau urusannya kalau sampai ketahuan.Setelah berhasil berada di depan pintu ruangan Nata, tanpa mengetuk dan mengucapkan salam, Tania langsung membuka pintu itu lalu menutup kembali dengan kencang serta menguncinya kembali. Dilihatnya pria tua itu sedang berkutat dengan laptop di depannya, dengan napas yang sudah memburu Tania melangkahkan kakinya dengan cepat lalu menggebrak meja kerja Nata dengan kencang membuat pria tua itu terlonjak kaget atas ulah Tania.
BRAAKKK!
"Apa-apaan kamu ini!" Seru Nata dengan wajah merah menahan emosi seraya berdiri berhadapan dengan Tania.
"Saya meminta pertanggungjawaban anda Tuan Nata yang terhormat!" Suara Tania tak kalah kencang dengan suara Nata.
"Pertanggungjawaban atas apa?" Dahi Nata berkerut.
"Saya hamil anak anda!" Seru Tania sembari menunjuk Nata.
"Cih! Saya tidak percaya omongan kamu, dari sekian wanita yang pernah bermain dengan saya, tidak ada yang sampai hamil. Oh, atau kamu mau meminta uang lagi kepada saya, begitu Tania?"
Mendengar ucapan Nata emosi Tania semakin memuncak lantas ia mengeluarkan hasil USG dan melemparnya ke arah Nata, Nata memungut amplop yang tergeletak di lantai lalu membukanya. Sama halnya dengan Tania, Nata pun terkejut akan hal ini tapi ia mencoba menetralkan kembali raut wajahnya.
"Saya baru pertama kali melakukan hal yang menjijikan seperti ini dan orang yang bersama saya saat itu adalah anda, jadi saya pastikan anak yang saya kandung sekarang adalah anak anda Tuan Nata!"
"Kalau begitu mari kita gugurkan saja anak ini," ucap Nata santai seraya duduk kembali.
"Gak! Apa anda sudah gila? Janin ini juga berhak untuk hidup!"
"Kalau begitu saya akan menjamin semua kebutuhannya sampai anak itu sukses kelak dan pakai uang ini untuk membeli kebutuhanmu, jika kurang datanglah lagi kesini atau hubungi saya." Tak mau ambil pusing lagi, Nata memberikan uang kepada Tania untuk membeli kebutuhan selama kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAISKA [On Going]
Teen FictionPerpisahan memang bukan hal yang diinginkan bagi setiap manusia, melepas kepergian seseorang adalah suatu hal yang cukup sulit. Namun keadaan yang memaksa akan hal itu terjadi, kita harus apa? Jawabannya adalah melepaskan dan merelakan, melupakan? T...