Beberapa minggu sudah berlalu, proses gugatan cerai yang dilayangkan oleh Hani berjalan dengan lancar. Sekarang Nata dan Hani resmi bercerai, walaupun sebelumnya pihak pengadilan agama sudah melakukan meditasi untuk kedua belah pihak bisa berdamai.
Tapi, keputusan Hani sudah bulat maka dilanjutkan dengan pembacaan surat gugat perceraian dan mengajukan hak-hak yang seharusnya Hani dapatkan.
Dan, semua itu sudah terlewati. Kini Nata beserta istri dan anaknya tengah berada di rumah Hani untuk berpamitan kepada Gaiska dan juga Hani karena mereka akan kembali ke Prancis.
Kabarnya, Tania dan ibunya juga kembali ke Indonesia karena pada saat itu Nata melihat mereka berada di bandara dan menaiki pesawat yang sama. Tapi sampai sekarang gadis itu belum menampakkan batang hidungnya di hadapan Gaiska.
"Gaiska, Papa pamit ya. Kamu jaga Mama baik-baik disini, Papa bakal selalu kirimin kamu uang untuk keperluan kuliah," ucap Nata pelan.
Gaiska menatap papanya seraya mengangguk dan berkata, "Jaga diri Papa baik-baik, jaga kesehatan, ya walaupun aku belum bisa maafin Papa."
"Gak papa Nak, tapi Papa harap kamu bisa maafin Papa sepenuhnya," katanya sambil menatap lewat putra sulungnya.
"Gaiska harap ketika anak dari kandungan Tania lahir, Papa bisa membiayai dia sampai besar kelak."
"Papa janji Nak, Papa bisa jamin itu," ucap Nata yakin.
Hani dan Belevia serta Calantha hanya diam mendengarkan ayah dan anak itu berinteraksi. Untungnya amarah Gaiska sudah mereda, tidak seperti saat papanya datang waktu itu, Gaiska langsung menghajar papanya habis-habisan sampai pria tua bangka itu memiliki banyak luka lebam di wajahnya.
"Dan Papa harus janji, Papa akan selalu melindungi istri dan anak Papa disana. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi, cukup Mama yang merasakan sakitnya jangan sampai orang lain. Jadikan ini pelajaran untuk Papa," kata Gaiska seraya melirik ke arah Calantha, si gadis kecil berusia 2 tahun yang ternyata sedang menatap Gaiska sembari tersenyum. Lantas Gaiska pun ikut tersenyum tulus menatap manik mata berwarna biru milik gadis kecil itu.
Nata bangkit dan diikuti oleh Belevia. "Ya sudah, kami bertiga pamit."
Gaiska meraih tangan Nata seraya diciumnya dan memeluk pria itu, hal yang sama ia lakukan kepada Belevia, dan yang terakhir Gaiska berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Calanta, memeluk dan menciumi kedua pipi gadis itu seraya berkata, "Senang bertemu denganmu, Abang harap kita bisa ketemu lagi suatu saat nanti."
Ya, walaupun Calantha tidak mengerti dengan apa yang Gaiska ucapkan.
Hani sudah tidak mau berurusan dengan Nata, maka dari itu beliau hanya memeluk Belevia dan si kecil Calantha. Setelah itu mereka bertiga pamit pergi dari kediaman Gaiska.
🌻
Keesokan harinya Tania berkunjung ke rumah Gaiska untuk meminta maaf kepada lelaki itu.
"Assalamualaikum." Tania memencet bel rumah seraya mengucapkan salam.
Gerbang pun dibuka oleh pak Sam, lalu berkata, "Waalaikumussalam, eh Tania ya? Looh, bukannya kamu kuliah? Dimana tuh Bapak lupa."
"Iya Pak, aku Tania. Aku kuliah di Perancis Pak, cuma ini lagi libur kuliah kok, jadi aku nyempetin pulang kesini sekalian mau ketemu sama Gaiska. Gaiska nya ada, Pak?"
"Ada di dalam, ayo masuk." Pak Sam mempersilahkan Tania masuk ke dalam dan Tania pun mengikuti pak Sam.
"Kemarin papa nya den Gaiska kesini bareng sama istri keduanya dan anaknya yang masih kecil, saya gak tega liat ibu yang keliatannya murung tiap hari mikirin masalah kemarin. Tapi setelah akta cerai keluar, saya rasa ibu agak membaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAISKA [On Going]
JugendliteraturPerpisahan memang bukan hal yang diinginkan bagi setiap manusia, melepas kepergian seseorang adalah suatu hal yang cukup sulit. Namun keadaan yang memaksa akan hal itu terjadi, kita harus apa? Jawabannya adalah melepaskan dan merelakan, melupakan? T...