🌻🌻🌻
Sabtu ini, Leoni memanfaatkan waktu libur sekolah untuk rebahan sambil menyelesaikan tontonan dramanya. Selain itu, sebagai seorang anak yang rajin tapi kadang-kadang, ia juga membantu Farah berbenah rumah, seperti menyapu dan mencuci piring misalnya. Saat ini, Leoni sedang melihat Farah yang tengah membuat brownies, sebenarnya Leoni sudah menawarkan diri untuk membantu Farah, tapi, Farah tidak mengizinkannya dengan alasan Leoni akan membuatnya ribet.
"Bu, kemarin Leoni ketemu Gaiska, ternyata kita satu sekolah," ucap Leoni.
"Bagus dong, bisa ketemu tiap hari," jawab Farah, yang masih fokus dengan adonan brownies nya.
"Iya juga sih, tapi Gaiska lupa sama Leoni, Bu," kata Leoni sendu.
"Wajar aja dia lupa sama kamu, 'kan kalian pisah waktu kalian masih SD," ucap Farah, berusaha membuat putrinya tidak sedih.
"Leoni aja inget kok gimana mukanya, masa dia sama sekali gak inget sama Leoni. Malahan, dia jahat Bu sama Leoni, dia pernah marahin Leoni gara-gara gak sengaja nabrak pacarnya, terus dia dorong Leoni. Parah banget 'kan, Bu, tidak berperikemanusiaan."
"Loh? Gaiska, udah punya pacar Le?"
"Udah Bu, namanya kak Tania. Dia baik, cantik juga."
"Anak Ibu patah hati dong?" Ledek Farah.
"Udah jadi serpihan malah," balas Leoni.
"Kalo dia jodohnya sama kamu, pasti bakal balik ke kamu kok," kata Farah seraya memasukkan adonan brownies ke dalam oven.
"Itu sih kejauhan Bu, inget Leoni aja nggak. Udah ah bikin badmood, Leoni mau nonton TV aja." Leoni beranjak ke ruang keluarga, ia menyalakan TV dan mencari-cari tayangan yang seru. Lalu, ia menemukan kartun anak kecil yang kembar dan botak, lantas ia pun menontonnya.
"Kenapa sih, itu tuyul dari gue masih jadi embrio sampe gue SMA gini gak gede-gede, kekurangan gizi apa ya? Padahal, makan ayam goreng mulu tiap hari," ocehnya.
"Kamu tuh udah gede nontonnya masih kartun aja," ucap Farah sambil meletakkan brownies yang sudah matang itu.
"Biarin Bu, daripada nonton yang aneh-aneh," sahut Leoni.
Leoni hendak mengambil brownies, belum sempat tangannya menyentuh brownies, tangan Farah lebih cepat menepis tangannya seraya berkata, "Cuci tangan dulu sana."
"Iya Bu." Leoni bergegas mencuci tangannya, dengan gerakan cepat ia segera kembali ke ruang tamu dan mengambil brownies itu lalu melahapnya.
"Hmmm, enak banget Bu."
"Ya iyalah, 'kan buatan Ibu," kata Farah dengan bangganya.
"Iya deh, buatan Ibu emang paling the best," ucap Leoni seraya mengacungkan jempolnya. Lalu, Ibu dan anak itu pun asik memakan brownies nya, ditemani oleh tayangan kartun yang disebut tuyul oleh Leoni
🌻🌻🌻
Gaiska sedang mengepel lantai rumahnya, ia mendapatkan hukuman dari Hani karena telah memecahkan vas bunga yang tak sengaja ia senggol. Lain hal dengan Hani yang tengah berbaring di sofa sembari melihat putra semata wayangnya mengepel.
"Duh Ma, badan Gaiska pegel-pegel nih. Dari pinggang, tangan, kaki, semuanya pegel-pegel," keluhnya.
"Terima aja hukumannya, salah siapa kamu pecahin vas bunga Mama."
"Itu 'kan gak sengaja Ma. Jadi ceritanya gini, Gaiska lagi main game terus menang, karena terlalu heboh selebrasinya jadi nyenggol vas bungannya eh jatoh, pecah deh."
"Oh." Gaiska melongo mendengar respon Hani.
"Eh malah bengong nih bocah, buruan lanjutin biar cepet selesai, abis itu kamu boleh istirahat."
"Iya-iya." Gaiska melanjutkan hukumannya dengan hati dongkol, mau tidak mau ia harus mengerjakannya.
Setelah berkutat cukup lama dengan kain pel, akhirnya Gaiska selesai mengerjakan hukumannya dengan keringat yang membasahi wajah serta tubuhnya. Gaiska menaruh kain pel dan ember yang sebelumnya sudah ia bersihkan ke tempat semula dan bergegas menuju dapur untuk minum.
"Encok dah nih pinggang, ah!"
Setelah minum, Gaiska kembali ke ruang tamu dan berbaring di karpet. Baru sebentar ia memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar panggilan Hani, "Gaiska!"
"Apa lagi sih Ma? Gaiska mau tidur, capek."
"Dasar remaja jompo, baru segitu udah cape. Tolong beliin Mama telur satu kilo."
"Nanti aja, Ma."
"Sekarang, ayo buruan!" Seru Hani seraya menarik tangan Gaiska agar anaknya itu bangun.
"Udah ya Ma, abis ini Gaiska mau tidur."
"Iya, udah sana buruan beli," kata Hani sambil memberikan uangnya kepada Gaiska.
Dengan setengah hati, ia langsung bersiap ke warung untuk membeli telur tanpa niat berganti baju karena warung itu tak jauh hanya berjarak 3 rumah dari rumah Gaiska saja. Setelah membeli telur, Gaiska langsung pulang dan tak sengaja bertemu dengan Gian.
"Woi Yan, mau kemana lo?" Tanya Gaiska kepada Gian, Gian pun memberhentikan motornya sejenak.
"Gue mau ke rumah sepupu gue, mau nganterin sepatu yang gue pinjem kemarin. Lo abis darimana?"
"Nih abis beli telur buat nyokap gue."
"Oh yaudah, kalo gitu gue duluan Ka, sepupu gue udah nungguin soalnya."
"Oke, hati-hati bro." Gian mengangguk sebagai respon, lalu ia melajukan motornya dan Gaiska kembali berjalan sambil menenteng plastik belanjaan. Setelah sampai rumah, ia langsung memberikan belanjaan kepada Hani.
"Nih, Ma kembaliannya di dalem plastik ya, Gaiska ke kamar mau tidur."
"Kembaliannya buat kamu aja!" Seru Hani dari dapur.
"Yes! Lumayan 32 ribu buat tambahin jajan." Setelah mengambil kembaliannya, Gaiska menuju kamarnya dan langsung membaringkan tubuhnya, ia menatap langit-langit kamarnya dan terbayang wajah Leoni.
"Dih! Apaan sih nih otak malah ngebayangin dia, si cewek gila gak tau malu, mending bayangin pacar gue yang cantik," monolognya.
"Tapi gue penasaran, siapa sih tuh cewek? Ngaku-ngaku temenan sama gue lagi waktu kecil, sampe punya bukti gelang. Eh gelangnya kemana ya? Alah, bodoamat bodoamat bodoamat gak peduli, mending tidur." Gaiska mencari posisi nyaman untuk tidur, dan tak lupa ia selalu memeluk gulingnya itu, lalu ia memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi.
🌻🌻🌻
Hai jumpa lagi, makasih buat yang udah mampir baca dan kasih vomment nya. Buat yang belum vomment, ayo dong kita bersimbiosis mutualisme dengan memberikan vomment dan aku akan menyuguhkan chapter baru untuk kalian semua yang pastinya akan lebih seru🤩
Sampai jumpa di chapter 7👋
Senin, 28 Februari 2022
16:56 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
GAISKA [On Going]
Teen FictionPerpisahan memang bukan hal yang diinginkan bagi setiap manusia, melepas kepergian seseorang adalah suatu hal yang cukup sulit. Namun keadaan yang memaksa akan hal itu terjadi, kita harus apa? Jawabannya adalah melepaskan dan merelakan, melupakan? T...