Perpisahan memang bukan hal yang diinginkan bagi setiap manusia, melepas kepergian seseorang adalah suatu hal yang cukup sulit. Namun keadaan yang memaksa akan hal itu terjadi, kita harus apa? Jawabannya adalah melepaskan dan merelakan, melupakan? T...
"Yaudah." Leoni segera menghampiri orang tersebut tanpa memperdulikan kedua sahabatnya.
Leoni membuka pintu rumah Celine, tanpa aba-aba ia langsung memanggil orang tersebut.
"DEVAN!"
"DEVAN! WOOY DEVAN!"
Celine dan Diana yang menyaksikan lewat jendela hanya menutup matanya saja, takut kalau Leoni salah orang, 'kan malu jadinya.
"Gila, emang Leoni gila," ujar Celine.
"Temen lo Cel, udah ah gue merem aja sambil tutup telinga," kata Diana dan Celine terus melihat ke arah Leoni dengan perasaan was-was.
"DEVAAAAAAANNNN!" teriak Leoni sekali lagi, baru lah Devan membalikkan badannya, mencari sumber suara.
Yaa benar, orang tersebut adalah Devan Winata.
"Eeh Leoni, ngapain di sini?" Tanya Devan menghampiri Leoni, sambil menggandeng seorang gadis cantik yang beberapa hari lalu pernah Leoni temui di kedai es kelapa.
"Ini lagi di rumah Celine, lagi kerjain PR Biologi," jawab Leoni, padahal mereka belum sama sekali mengerjakan tugas tersebut.
"Ooh gitu, nanti gue nyontek."
"Eh, lo yang waktu itu nyamperin Devan pas di kedai es kelapa itu, 'kan?" Tanya Leoni kepada gadis cantik tersebut.
"Iya, itu gue," jawab gadis tersebut.
"Lo cantik deh," puji Leoni.
"Makasih, lo juga cantik kok. Kenalin nama gue Nadine Caesarea, panggil aja Nadine." Nadine mengulurkan tangan kanannya ke arah Leoni.
"Leonita Stefanie, panggil aja Leoni." Leoni membalas uluran tangan Nadine.