🌻
Gaiska tidak ikut duduk, melainkan menarik tangan Leoni, membawanya menuju ke belakang rumah Leoni.
"Apa sih, lepasin!" Leoni berontak, Gaiska langsung melepaskan cekalan tangannya, ia tak mau menyakiti lengan gadis tersebut.
"Gue mau tanya serius sama lo," ucap Gaiska dengan nada yang datar.
"Tanya aja kali gak usah tarik-tarik tangan gue segala," jawab Leoni tak santai seraya mengusap-usap pergelangan tangannya yang memerah akibat cekalan Gaiska.
"Lo ada rasa sama gue?"
"Gue? Ada rasa sama lo? Ada, rasa lemon, tiap liat lo rasanya kecut!" Jawab Leoni sembari melipat tangannya di depan dada.
"Yang bener?"
"Emang kenapa sih, lo tiba-tiba nanya gitu?"
"Soalnya, tadi Tania bilang sama gue, lo suka sama gue."
"Dih, ceritanya gak gitu, ya! Gue cuma becanda kali. Ck, ternyata cewek lo itu tipe orang yang mainnya ngaduan, baperan banget jadi cewek. Harus hati-hati tuh temennya kalau cerita sama dia pasti bisa bocor kemana-mana."
"Maksudnya lo apa?" Gaiska sedikit emosi.
"Sepertinya gak perlu gue jelasin deh, lo pasti paham apa yang gue maksud. Gue rasa, lo cukup pinter, Ka."
"Gue beneran gak ngerti."
"Oke gue perjelas. Cewek lo itu baperan, alay, lebay, sok kecakepan! Udah ngerti?"
"Terus, ada masalahnya sama hidup lo?" Balas Gaiska dengan suara tak kalah keras dengan Leoni.
"Loh, kok jadi emosi sih? Tadi siapa duluan yang gak ngerti, udah gue jelasin kok responnya kayak gitu. Terus lo tanya ada masalahnya sama hidup gue? Tolol juga lo, hal kayak gitu mesti lo tanyain, ya jelas ada lah! Secara lo itu temen masa kecil gue, sahabat gue, kakak gue, gue gak suka cewek yang deket sama lo itu modelannya kayak kak Tania. Yang mata gue liat, dia itu cewek gak bener!"
Sebenarnya amarah Gaiska sudah sampai puncaknya, ingin rasanya ia menampar Leoni, sebab ia tak suka bila perempuan yang dicintai dan disayanginya dikata-katai seperti itu. Tapi Gaiska harus bisa menahan amarahnya, tak mungkin ia menampar Leoni yang notabenenya adalah teman masa kecil Gaiska sendiri. Apalagi sekarang ia sedang berada di rumah gadis itu.
Oke, kali ini Gaiska harus menjadi air, untuk memadamkan api emosi Leoni.
"Leoni, please gue gak mau kita berantem kayak gini. Le dengerin gue, gue ngejalanin hubungan ini sama Tania udah cukup lama, gue sayang banget sama dia," ucap Gaiska kali ini dengan suara lembut, sembari meraih tangan Leoni dan menggenggamnya.
"Lo berubah, Ka." Setelah mengucapkan kalimat tersebut Leoni melepaskan dengan kasar genggaman tangannya dari Gaiska, dan langsung melenggang pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAISKA [On Going]
Fiksi RemajaPerpisahan memang bukan hal yang diinginkan bagi setiap manusia, melepas kepergian seseorang adalah suatu hal yang cukup sulit. Namun keadaan yang memaksa akan hal itu terjadi, kita harus apa? Jawabannya adalah melepaskan dan merelakan, melupakan? T...