chapter 9

441 155 187
                                        

🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻

Pukul empat sore, setelah pulang sekolah Leoni dkk serta Devan memutuskan pergi ke kedai es kelapa pinggir jalan, mendinginkan otak mereka yang sudah seharian belajar.

"Dev, tumben banget sih lo ikut kita," ujar Celine.

"Gue mau ketemuan sama cewek gue di sini," kata Devan seraya menyedot es kelapa.

"Gak modal banget sih, ketemuan kok di sini," celetuk Leoni, namun Devan hanya diam masih anteng dengan es kelapa digenggamannya.

"Le gimana kemarin? Lancar?" Tanya Diana.

"Kayaknya, dia amnesia deh. Masa sama sekali gak inget gue, malahan ya, gue dikatain orang gila, sumpah pengen gue jahit mulutnya," jawab Leoni sambil mengaduk-aduk es kelapanya.

"Mama kak Gaiska ada?" Kali ini Celine yang bertanya.

"Ada."

"Inget sama lo?"

"Inget lah, gak kayak anaknya!"

"Sabar-sabar, tinggal tunggu waktunya aja," sahut Devan.

Tiba-tiba ada seorang perempuan cantik memakai seragam sekolah yang berbeda menghampiri mereka.

"Devan," panggil perempuan itu.

"Hai."

"Gue duluan, cewek gue udah sampe," pamit Devan.

"Gak bermodal banget lo jadi cowok! Jemput kek cewek lo!" Seru Leoni.

"Berisik lo!" Timpal Devan lalu melenggang pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Yaudah yuk kita juga pulang udah sore nih," kata Diana yang langsung disetujui oleh keduanya.

🌻

Hari ini, hari yang cukup melelahkan bagi Gaiska, setelah bel pulang berbunyi ia tidak langsung pulang, ia menyempatkan latihan basket terlebih dulu. Ditemani Tania yang duduk dengan manis dipinggir lapangan membawa sebotol air mineral dingin. Setelah selesai latihan basket, ia menghampiri Tania untuk mengajaknya pulang.

"Nih minum dulu." Tania memberikan air mineral dingin itu yang langsung disambut baik oleh laki-laki itu.

"Yuk pulang," katanya seraya menutup botol air.

"Yuk." Gaiska dan Tania berjalan beriringan sambil bergandengan tangan menuju parkiran.

Gaiska mengeluarkan motornya terlebih dulu dari parkiran ke depan gerbang, setelah itu ia menyuruh Tania untuk naik ke atas motornya, "Yuk naik."

Setelah Tania naik ke motor, Gaiska pun langsung melajukan motor secara perlahan. Jarak rumah Tania dengan sekolah terbilang cukup dekat, jika berjalan kaki hanya memakan waktu sekitar 10 menit.

"Makasih ya Ka."

"Iya sama-sama," jawab Gaiska sambil mengusap puncak kepalanya, Tania pun hanya tersenyum.

GAISKA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang