Faza lebih dulu keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke dapur untuk membantu ibunya yang tengah memasak untuk sarapan. Pak Surya yang baru saja datang ke ruang makan tersenyum melihat istri dan anaknya yang tengah sibuk dengan masakan mereka. Ruang makan yang langsung terhubung dengan dapur membuatnya bisa melihat semua yang dilakukan dua perempuan itu.
Jam di dinding ruang makan menunjukkan pukul enam lewat lima saat Faza dan ibunya selesai memasak. Makanan yang telah matang itu langsung mereka bawa ke meja makan yang di sana telah ada Pak Surya. Di waktu yang sama, Faza yang baru saja akan masuk ke kamar melihat suaminya keluar dari kamarnya.
"Ambil barang-barang kamu, taruh di mobil saya." Laki-laki itu berkata saat tubuh mereka berhadapan di depan pintu kamar sebelum melangkah meninggalkan Faza yang langsung masuk ke dalam kamarnya.
Satu koper berukuran besar serta sebuah tas yang dibawa Faza saat keluar dari kamarnya. Gadis itu langsung membawa kedua benda tersebut menuju mobil hitam yang terparkir di halaman rumahnya. Di bagasi mobil tersebut, ia bisa melihat tas lain yang berukuran cukup besar yang ia pastikan adalah milik suaminya.
Setelah meletakkan koper dan tasnya, ia kembali masuk ke dalam rumah untuk menikmati sarapannya. Di sana sudah ada tiga orang yang telah memulai sarapan lebih dahulu.
"Maaf sebelumnya, Pak, Bu. Saya akan membawa Faza untuk tinggal bersama saya di apartemen." Suara tersebut membuat semua orang di sana menatap sosok yang kini duduk berhadapan dengan Pak Surya.
Wajah laki-laki itu tidak menunjukkan ekspresi apapun dan nada yang ia gunakan pun terkesan datar. Pak Surya dan Bu Mirna kemudian saling melempar tatapan dan kemudian keduanya kompak menoleh pada Faza yang menikmati sarapannya sambil menunduk.
"Kami mengizinkan. Ayah minta tolong kamu jaga putri Ayah ya. Dia harta Ayah yang paling berharga, dan mulai hari ini Ayah titip dia sama kamu." Kedua mata Faza berkaca mendengar ucapan ayahnya. Laki-laki itu hanya mengangguk dengan senyum yang sangat tipis di wajahnya.
Tapi setidaknya gadis itu bisa bernapas lega. Sikap laki-laki yang duduk di sampingnya itu terlihat menghormati orang tuanya dengan meminta izin untuk membawanya pindah dari rumah yang selama ini ia tempati. Jika dipikir-pikir, sikapnya berbeda dengan kemarin ketika mereka hanya berdua saja.
Setelah menyelesaikan sarapan, Faza lantas berpamitan pada ayah dan ibunya untuk berangkat sekolah dan juga berpamitan untuk pindah dari rumah. Suasana pagi itu dipenuhi dengan keharusan sebelum Faza benar-benar keluar dari rumahnya.
Sepuluh menit kemudian gadis itu telah sampai di halte yang tak jauh dari gerbang sekolahnya. Faza tengah berjalan memasuki gerbang sekolahnya saat suara seruan seseorang membuatnya menoleh ke asal suara.
"Tam!" Memang bukan namanya yang disebut. Namun karena laki-laki yang baru saja berteriak itu berada tak jauh darinya, jadi dia langsung menoleh.
Orang yang tadi berteriak adalah Rian, laki-laki yang saat ini masih menjabat sebagai ketua OSIS. Gadis itu terus melihat Rian yang kini menghampiri seorang laki-laki yang berada beberapa langkah di depannya. Mereka berdua kemudian tampak berbincang sambil berjalan memasuki area sekolah. Faza tersenyum tipis melihat hal itu, entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...