MAS ANGGA 16

2.4K 112 0
                                    

Jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh lima menit saat Faza bangkit dari kursi meja belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh lima menit saat Faza bangkit dari kursi meja belajar. Tenggorokannya terasa kering sehingga dirinya memutuskan untuk mengambil minuman di dapur. Sebelum ke dapur, gadis itu lebih dulu memasuki kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alamnya yang tiba-tiba datang.

Bertepatan dengan Faza membuka pintu kamar mandi, suara pintu apartmen yang terbuka membuat gadis itu menoleh. Di depan pintu apartemen itu, Tama berdiri sambil menatap pada Faza.

Gadis itu lebih dulu memutus kontak mata tersebut dan berjalan menuju ke dapur. Ketika tengah menuangkan air putih ke dalam gelas, bisa Faza lihat Tama yang berjalan memasuki kamarnya sendiri. Tak lama, laki-laki itu kembali keluar dan melangkah menuju ke kamar mandi. Celana abu-abu yang digunakan sejak pagi tadi masih dipakai hingga saat ini. Sedangkan atasannya telah berganti dengan kaos hitam polos.

Faza tidak terkejut mendapati Tama yang baru kembali saat hari sudah segelap ini. Tadi setelah adegan di ujung koridor setelah dari kamar mandi, dirinya sempat mendengar ucapan Rian yang mengatakan jika mereka akan mengerjakan sebuah tugas laporan di rumah ketua OSIS itu. Ia juga sempat mendengar Rian yang mengatakan akan lembur untuk laporan yang Faza juga tidak ketahui mengenai hal apa itu.

Setelah puas menikmati air putih satu gelas penuh, Faza lantas mencuci gelas yang baru saja ia gunakan. Saat ia baru saja membalikkan badan hendak meninggalkan dapur, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok Tama yang telah berganti pakaian serta sebelah tangan yang sibuk mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk.

Faza yang melihat hal itu berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. Tama dengan penampilannya saat ini mampu membuat imannya melemah. Namun, ketika kepala Tama bergerak menoleh ke arahnya gadis itu segera menundukkan kepalanya. Menghindari kontak mata dengan laki-laki itu lagi.

Teringat akan sesuatu, Faza menarik napas sambil memejamkan kedua matanya saat sebuah pertanyaan melintas di pikirannya secara tiba-tiba. “Mas udah makan?”

Suara Faza yang terdengar pelan membuat Tama kini sepenuhnya menatap istrinya yang akan selalu menunduk jika berhadapan dengannya itu.

“Belum,” jawab laki-laki itu singkat.

Faza kembali berpikir. Ia harus menjawab apa sekarang? Jika pun hendak menawarkan makan malam, dirinya tidak memasak tadi. Bahkan dirinya juga belum sempat makan malam hingga saat ini karena sejak tadi sibuk dengan beberapa tugasnya.

“Aku bikinin mie instan aja mau? Aku nggak sempet masak tadi.” Faza berkata pelan sambil memilin kedua tangan di depan tubuhnya. Gugup menantikan jawaban dari Tama.

“Boleh.” Jawaban itu membuat Faza mengangkat kepalanya untuk menatap Tama. Ia bahkan sempat yakin jika Tama akan menolak tawarannya, tapi ternyata laki-laki itu malah menjawab dengan tenang jika ia mau.

Segera saja Faza kembali membalikkan tubuhnya dan mengambil panci untuk merebus air. Ketika kembali menoleh ke arah Tama tadi berdiri, Faza sudah tak mendapati laki-laki itu berada di sana. Mungkin sudah kembali ke kamar. Biarlah saja, ia panggil saja laki-laki itu nanti jika mie yang ia masak telah matang.

Mas Angga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang