Hari Minggu ini Faza berniat membersihkan apartemen setelah selesai memasak untuk sarapan nanti. Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat sepuluh ketika gadis itu memasuki dapur. Membuka kulkas dan melihat bahan-bahan yang ada di sana. Setelah menentukan makanan yang hendak dibuat, ia lantas sibuk di sana hingga setengah jam kemudian masakannya telah siap.
Kini yang harus ia lakukan adalah mengetuk pintu kamar Tama dan memberitahu jika sarapan telah siap. Pada ketukan pertama tak didapati jawaban sama sekali dari dalam kamar tersebut. Begitu pula pada ketukan kedua dan ketiga, sama sekali tak terdengar jawaban atau suara langkah kaki dan pintu yang dibuka dari dalam.
Faza sempat berpikir jika Tama tengah mandi, tapi saat melihat pintu kamar mandi yang tidak tertutup membuat pikirannya terbantahkan. Lalu dengan sedikit perasaan yang tidak menentu, gadis itu kembali mengetuk pintu di hadapannya. Dengan sedikit ragu, gadis itu perlahan membuka pintu di hadapannya. Dan apa yang ia dapat? Pintu tersebut tidak dikunci, hal itu cukup mengejutkan baginya.
“Mas, sarapannya udah siap.” Faza mendekati ranjang saat ia melihat tubuh suaminya masih terbaring berbalut selimut di atas kasur.
Saat tak melihat pergerakan setelah ia berkata tadi, dahinya sedikit berkerut bingung. Perlahan dengan penuh keraguan, Faza menyentuh bahu Tama yang berbalut selimut dan hendak kembali mengucapkan kalimat yang sama. Namun, dirinya dibuat terkejut saat tubuh laki-laki itu tiba-tiba berbalik ke arahnya. Bukan, bukan pergerakan itu yang membuatnya terkejut. Wajah pucat Tama dan kedua matanya yang masih tertutup rapat itulah yang membuat Faza melebarkan kedua matanya.
Dengan gerakan spontan, tangan kanan Faza menjulur menyentuh dahi suaminya. Panas. Padahal tangannya baru saja menempel di dahi laki-laki itu, tapi panas yang ia rasakan sangat terasa menjalar kulit telapak tangan kanannya.
Tanpa menunggu lama, gadis itu segera keluar dari kamar tersebut. Tak lama, ia kembali masuk dengan membawa baskom berisi air hangat dan juga handuk kecil. Setelah meletakkan kedua benda tersebut di atas nakas di samping ranjang, Faza lantas meminta suaminya untuk tidur telentang. Tama yang masih memejamkan matanya hanya mengikuti saja apa yang dikatakan okeh Faza.
Setelah menempelkan handuk yang telah ia celupkan ke dalam air di atas dahi Tama, Faza kembali keluar dari kamar tersebut. Yang ada di pikirannya saat ini adalah membelikan bubur untuk Tama makan. Karena tidak mungkin laki-laki itu memakan tumis jamur yang ia masak tadi. Jadi, setelah mengambil dompet di kamarnya, gadis itu langsung melangkah keluar dari apartemen dengan langkah cepat.
***
Satu bungkus bubur telah ia dapatkan dari penjual bubur ayam yang berada tak jauh dari gedung apartemen. Segera gadis itu melangkah menuju ke kamar Tama setelah sempat mengambil alat untuk makan serta air putih dan obat penurun panas. Dilihatnya Tama yang masih pada posisi sperti tadi dengan handuk yang masih menempel di dahinya.
“Mas, bangun dulu.” Faza menyentuh pelan bahu Tama yang kini tak lagi tertutup oleh selimut.
Laki-laki itu mengerang pelan kemudian membuka matanya perlahan. Dengan mata setengah terbuka, ia menatap Faza yang berdiri di samping ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...