Faza Aulia Pramesti. Nama yang entah sejak kapan merasuk ke dalam hati dan pikiran seorang Anggara Setyatama. Laki-laki itu secara tidak sadar telah menempatkan sosok istrinya sebagai pemilik hatinya entah sejak kapan. Yang jelas, ia baru menyadari hal itu hari ini. Tepat ketika melihat gadis itu dan juga ibunya yang tengah bepelukan di sofa ruang tamu rumah orang tuanya.
Malam telah menjemput dan mereka berdua saat ini telah berada di apartemen. Tadi setelah dari rumah orang tuanya, Tama langsung mengantarkan Faza ke tempat les gadis itu. Lalu, Tama juga yang menjemput Faza untuk kemudian ia ajak untuk berhenti membeli makan malam. Sampai di apartemen, Faza langsung mandi baru setelahnya menikmati makan malam bersama dirinya di meja makan.
Tama yang mengerti jika Faza sudah merasa lelah, memilih untuk mengambil alih kegiatan mencuci piring dan menyuruh Faza untuk istirahat saja di ruang tengah. Begitu Tama selesai mencuci piring, ia malah dikejutkan dengan Faza yang telah terlelap di sofa ruang tengah dengan posisi berbaring.
Wajah tenang penuh gurat lelah gsdis itu mampu membuat jantung Tama seakan diremas kuat. Maka dengan segenap hati, laki-laki itu memilih untuk mengangkat Faza ke kamar gadis itu. Membiarkan istrinya istirahat di tempat yang lebih nyaman. Hal itu telah terjadi sekitar dua puluh menit yang lalu, tapi hingga saat ini Tama masih setia menatap wajah damai Faza yang tengah terlelap.
Bahkan sejak tadi posisi Tama tak berubah. Laki-laki itu duduk di pinggir ranjang Faza dengan tatapan yang tak lepas dari wajah istrinya. Tatapannya seakan terkunci pada wajah ayu yang matanya terlihat sedikit membengkak itu.Tiba-tiba saja dirinya teringat ucapan ibunya sewaktu di rumah tadi. Saat Faza izin ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang basah karena air mata, ibunya langsung mendekati dirinya dan mengatakan hal yang hingga saat ini terus berputar di pikirannya.
“Mama cuma mau ngasih saran sama kamu. Melihat keadaan Faza sekarang, ada baiknya kamu beri dia dukungan semangat dan selalu siap kapan pun dia membutuhkan tempat untuk bercerita. Terus dampingi dia dan buat dirinya merasa tenang, jangan pernah mengatakan hal-hal yang sekiranya bisa membuat dia merasa takut. Yang Mama takutkan … dia mengalami gangguan kecemasan atau semacamnya.”
Ucapan yang cukup panjang dari ibunya hingga kini masih terus berputar di kepala Tama bagai kaset rusak. Laki-laki itu memang juga menakutkan hal yang sama dengan ibunya, mengenai Faza yang mungkin mengalami gangguan kecemasan atau kepanikan. Hanya saja, apa dirinya bisa membantu Faza untuk setidaknya tidak memikirkan masalah yang membuat gadis itu merasa takut dan cemas lagi?
Tama ragu sebenarnya. Jika pun ia bisa, maka kemungkinan itu sangatlah kecil. Yang jelas entah akan mampu atau tidak, dirinya harus tetap mencoba. Karena Tama juga pernah berjanji pada Pak Surya untuk setidaknya bisa membuat Faza bisa merasa bahagia ketika bersamanya. Mungkin memang inilah yang harus ia lakukan mulai saat ini. Membuat Faza selalu dalam keadaan bahagia agar gadis itu bisa perlahan mulai menghilangkan rasa takutnya.
***
Faza berlari cepat keluar dari kamarnya dengan tas yang sudah berada di punggung. Dasinya belum ia pasang dengan benar saya dirinya kini tengah sibuk mengenakan sepatu di dekat pintu. Tama baru saja keluar dari apartemen beberapa saat yang lalu. Setelah sepatu terpasang sempurna, gadis itu kembali berlari saat keluar dari apartemen guna mengejar langkah Tama yang tak lagi terlihat di lorong kamar menuju ke lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...