MAS ANGGA 22

2.2K 110 1
                                    

Tama memasuki unitnya dengan membawa satu buah paper bag berukuran sedang di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tama memasuki unitnya dengan membawa satu buah paper bag berukuran sedang di tangannya. Setelah melepas sepatu, kakinya kemudian melangkah ke dapur. Namun, ketika melewati ruang tengah dahinya sedikit berkerut ketika melihat beberapa buku yang berada di atas meja di sana yang akhir-akhir ini sering ia gunakan.

Tidak ada orang di ruang tengah, hanya buku-buku di atas meja dan tas Faza di atas karpet. Melanjutkan langkahnya ke dapur, laki-laki itu kembali berhenti saat melihat keberadaan istrinya di balkon. Posisi Faza yang duduk menghadap ke luar membuat Tama tak bisa melihat wajah gadis itu.

Entah apa yang tengah dilakukan istrinya itu di sana hingga tidak menyadari kehadirannya. Padahal biasanya jika tidak sedang di kamar, Faza akan selalu menyadari kehadirannya ketika membuka pintu atau mengucap salam. Namun, sekarang gadis itu bahkan tetap diam pada posisinya meski dirinya telah berjalan sampai di belakangnya.

Setelah meletakkan paper bag yang ia bawa tadi di meja makan, Tama kembali menuju ke tempat Faza barada saat ini. Bahkan hingga dirinya sampai tepat di belakangnya pun gadis itu masih tidak sadar.

Sedikit ragu, Tama menyentuh bahu kiri Faza. Memilih menyadarkan istrinya dengan cara seperti itu daripada memanggil namanya. Faza tampak tersentak karena sentuhan Tama di bahunya. Bahkan gadis itu langsung menoleh ke belakang dan menatap Tama dengan raut terkejut.

“M-mas kapan pulang?” tanya Faza tergagap karena Tama yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.

“Kita makan.” Tama berkata tanpa menjawab pertanyaan Faza. Laki-laki itu kemudian berlalu dari sana dan menuju ke kamarnya.

Faza hanya mengerjap di tempatnya. Setelah Tama menghilang di balik pintu kamarnya, gadis itu seakan baru tersadar. Tama tadi mengajaknya makan atau menyuruhnya memasak untuk makan?

Setelah tersadar sepenuhnya, ia lantas bangkit dari tempatnya duduk sejak tadi dan langsung melangkah menuju ke dapur. Namun, ketika melewati meja makan matanya menangkap paper bag yang berada di atas meja. Sedikit ragu, gadis itu memutuskan untuk membukanya dan dahinya berkerut bingung ketika melihat tiga kotak makanan yang berisi sayur serta lauk yang siap makan. Saat tengah sibuk mengamati tiga buah kotak makan tersebut, kehadiran Tama membuatnya terkejut.

“Saya tadi ke rumah, makanan dari mama untuk makan malam kita.” Faza mengangguk mengerti sekarang.

Dirinya lantas membuka ketiga kotak tersebut untuk disajikan sebagai menu makan malam mereka hari ini. Suasana makan malam berjalan dengan hening. Tidak ada suara selain suara pertemuan sendok dengan piring. Setelah selesai makan dan juga mencuci peralatan makan yang tadi digunakan, Faza kembali menuju ke ruang tengah. Tempat buku-bukunya berada dan kembali sibuk di sana.

Tama yang tadinya masih berada di meja makan kini menyusul Faza dan duduk di sofa yang berada di belakang gadis itu. Ia tadi sudah mandi dan berganti pakaian sewaktu di rumah orang tuanya, sehingga saat sampai di apartemen dirinya tak perlu repot mandi lagi. Tama melirik jam di dinding ruangan tersebut. Hampir pukul tujuh dan hari sudah sepenuhnya gelap di luar sana.

Mas Angga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang