Senyum Tama mengembang sempurna saat merasakan jemari Faza yang menyusuri kepalanya. Membelai lembut rambutnya dan sesekali akan memainkan helaiannya. Saat ini mereka berada di ruang tengah. Sudah menjadi kebiasaan mereka setelah menunaikan shalat maghrib akan duduk di ruang tengah. Entah untuk belajar, mengerjakan tugas, atau hanya sekedar bersantai seperti saat ini.
Tama yang duduk di atas karpet menghadap ke sofa yang diduduki Faza. Laki-laki yang masih mengenakan sarung hitam yang dipakai untuk shalat maghrib itu tadi tiba-tiba saja mengambil posisi duduk di hadapan Faza. Tanpa mengatakan apapun, hanya duduk diam. Hingga akhirnya Faza berinisiatif untuk mengelus rambut lembut Tama.
“Mas …, aku mau tanya boleh?” Tama membuka matanya yang semula terpejam saat mendengar Faza bersuara.
Kepalanya yang semula bertumpu pada paha Faza sedikit ia dongakkan untuk melihat wajah sang istri yang lebih tinggi dari pada dirinya saat ini. Usapan Faza di kepalanya tak berhenti meski posisi kepalanya kini telah berganti.
“Mau bertanya apa?”
Tama tak langsung mendapat balasan dari Faza, namun laki-laki tetap menunggu pertanyaan apa yang akan dilontarkan istrinya kali ini.
“Tentang hubungan kita sekarang, apa pihak sekolah tau?” Faza sempat membalas tatapan Tama padanya sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sedangkan Tama merasa cukup terkejut. Tidak menyangka jika hal tersebut yang akan ditanyakan Faza padanya. Namun, jujur saja pertanyaan Faza tersebut mampu membuatnya mau tak mau ikut berpikir.
“Jujur saja, saya juga tidak tau mengenai hal itu. Tapi, jika kembali dipikir, ayah saya tidak mungkin tidak melakukan sesuatu untuk ini. Entah pihak sekolah mengetahui atau tidak, yang jelas pasti ayah saya telah melakukan sesuatu untuk menutupi hubungan kita yang sebenarnya.” Tama meraih tangan Faza yang masih berada di kepalanya untuk kemudian ia genggam.Tindakannya tersebut berhasil membuat Faza kembali menatap dirinya. Dengan dahi berkerut dan alis yang saling bertaut, gadis itu menatap suaminya dengan pandangan bingung.
“Mau pihak sekolah mengetahui atau tidak, waktu kita di sana sudah tidak lama lagi. Dua bulan lagi, ujian sekolah sudah dilaksanakan. Jika pun pihak sekolah memang mengetahui, selama ini kita juga tidak pernah mendapat panggilan untuk masalah ini bukan?” Faza mengangguk kecil sebagai pembenaran atas ucapan Tama.
Senyum Tama terbit melihat Faza yang hanya menanggapi ucapannya dengan anggukkan kepala kecil saja. Tangannya semakin erat menggenggam tangan gadis itu.
“Jangan terlalu dipikirkan. Fokus saja untuk ujian besok. Saya juga akan ikut mendoakan semoga hasil yang kamu dapatkan nanti bagus. Jangan menyerah, hanya tinggal sedikit lagi waktu kita di sekolah. Dan selama itu pula saya akan selalu berada di samping kamu untuk memberikan semangat.” Jantung Faza seakan terlepas dari rongga dadanya saat Tama tiba-tiba saja menyematkan kecupan ringan di punggung tangannya.Dengan kedua mata yang melebar sempurna, gadis itu menatap laki-laki di depannya yang kini malah menatapnya dengan senyuman lebar. Seakan hal yang baru saja ia lakukan adalah hal yang lumrah. Mungkin bagi Tama kecupan di punggung tangan tadi tak berakibat apa-apa. Tapi jelas hal itu tidak berlaku untuk Faza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...