Hari ini adalah hari pertama ujian sekolah untuk kelulusan. Selama delapan hari ke depan, ujian kelulusan tersebut akan dilaksanakan. Ujian yang akan menentukan apakah mereka yang telah kelas dua belas lulus atau tidak. Harapan semua siswa jelas untuk mendapatkan nilai yang baik dan kemudian bisa melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Memulai hari pertama ujian sekolah ini, Faza memulai paginya dengan memasak untuk sarapan. Meskipun disibukkan dengan persiapan ujian, dirinya tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Memasak untuk sarapan bukanlah sebuah hal yang berat yang akan mengganggu belajarnya.Pukul enam lebih lima menit, Tama telah berada di meja makan. Sedangkan Faza baru saja mematikan kompor lalu memindahkan nasi goreng yang baru saja matang ke dua piring untuknya dan Tama. Sarapan berlangsung dengan keheningan tanpa obrolan. Selesai sarapan pun Faza langsung mencuci piring yang ia dan Tama gunakan. Namun, saat berbalik dari wastafel gadis itu melihat suaminya yang masih berada di meja makan.
“Tidak mau berangkat dengan saya?” Tama bertanya ketika Faza telah kembali ke meja makan.
Faza yang tengah mengenakan sweater miliknya lantas menggeleng. “Enggak, Mas. Aku naik bus aja.”
“Benar? Saya tunggu di depan kalau kamu berubah pikiran.” Tama berdiri dari kursi yang ia duduki.
Namun, laki-laki itu malah melangkah mendekati Faza yang baru saja akan berjalan meninggalkan meja makan. Saat telah berdiri di samping Faza, tangan kanan Tama terulur ke puncak kepala istrinya itu dan mendarat di sana.
“Semangat, semoga kamu mendapatkan hasil yang baik. Saya akan terus mendoakan kamu. Ingat, jangan buat kecewa orang tua kamu, dan juga saya.” Laki-laki itu berkata sambil mengusap puncak kepala Faza.
Dengan senyum yang tersungging lebar di wajahnya, Tama memajukan wajahnya dan meninggalkan kecupan singkat di pelipis kiri Faza. Setelahnya laki-laki itu berlalu meninggalkan Faza yang masih berdiri membeku di tempat. Pasokan udara yang masuk ke paru-parunya tiba-tiba saja menipis. Detak jantungnya pun meningkat drastis setelah apa yang dilakukan Tama beberapa saat yang lalu.
Setelah berhasil kembali menguasai diri, Faza bergegas untuk meninggalkan tempatnya berdiri. Tama sudah tidak ada, yang berarti laki-laki itu sudah keluar lebih dulu. Hingga berjalan menuju lift menuju lantai dasar pun jantung Faza masih bergemuruh hebat. Tama benar-benar semakin berani melakukan skinship dengannya akhir-akhir ini. Yang tentu saja membuat Faza ketar-ketir.
Berusaha mengabaikan kejadian di ruang makan, gadis itu kini melangkah cepat melewati pintu kaca utama gedung apartemen lantai dasar untuk segera mencari bus. Tidak lucu jika dirinya sampai terlambat hari ini. Ketika sampai di halaman gedung, dirinya melihat Tama yang muncul dari basement dengan menaiki motor. Namun, gadis itu tetap berjalan cepat menuju ke halte tanpa menghiraukan suaminya yang sepertinya sengaja memperlambat laju motor.***
Delapan hari. Tidak sampai dua minggu dan Faza harus tahan selama itu. Dirinya harus bisa fokus untuk belajar. Abaikan semua hal yang mengganggu, itu yang terus Faza rapalkan dalam hati setelah melewati lima hari ujian sekolah. Dirinya benar-benar diuji dengan segala sikap dan perlakuan Tama.
Laki-laki itu tak henti-hentinya bersikap terlampau manis padanya selama lima hari kemarin. Setiap pagi sebelum mereka berangkat, laki-laki itu akan melakukan hal yang sama dengan saat hari pertama ujian di ruang makan setelah mereka selesai sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...