“Bye! Gue duluan ya, udah dijemput.” Sera melambaikan tangannya pada Faza saat mereka berpisah di pintu gerbang sekolah.
Ratusan siswa berebut untuk keluar dari area sekolah setelah bel pulang berbunyi lima menit yang lalu. Tak sedikit siswa yang menunggu jemputan mereka di dekat pintu gerbang sehingga suasana di sana tampak sangat ramai dan padat.
Faza sendiri memilih untuk berjalan menuju ke halte yang letaknya hanya sekitar dua ratus meter dari pintu gerbang. Di sana juga tampak ramai oleh beberapa siswa yang tengah menunggu bus. Matahari masih bersinar terik saat ini, padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua lebih empat puluh menit.
Tak sampai lima menit kemudian sebuah bus berhenti di halte tersebut. Beberapa orang yang tadi menunggu lantas bergiliran masuk ke dalam kendaraan umum itu. Namun Faza masih tetap di posisinya tanpa ikut naik ke bus.
Tepat setelah bus berwarna hijau tadi mulai melaju, sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapan Faza yang kini duduk sendirian di sana. Kaca di bagian depan mobil tersebut diturunkan oleh sang pengemudi yang kemudian memberi isyarat pada Faza untuk naik. Gadis itu segera naik ke mobil tersebut dan Mercedes Benz S-Class Maybach hitam itu mulai melaju meninggalkan halte.
Tidak ada percakapan selama perjalanan yang memakan waktu hampir dua puluh menit itu. Hingga kemudian mobil itu memasuki area basement sebuah gedung apartemen yang Faza ketahui berjumlah 105 lantai. Faza langsing keluar begitu mobil tersebut mendapatkan tempat di parkiran.
Dirinya langsung menuju ke belakang mobil untuk mengambil koper dan tas miliknya. Baru saja tangannya hendak meraih koper besarnya, tangan lain sudah lebih dulu menarik koper itu hingga keluar dari bagasi.
“Bawa tas kamu. Yang ini saya bawa.” Faza mengerjap saat laki-laki itu berkata tepat di depan wajahnya.
Suara pintu bagasi yang ditutup membuat Faza tersadar. Dirinya segera menyusul langkah laki-laki yang kini sudah berada beberapa langkah di depannya sambil membawa tas miliknya. Sedangkan laki-laki itu membawa kopernya dan juga tas besar miliknya sendiri.
Lantai 56, tempat unit yang akan Faza tempati mulai hari ini. Untuk sejenak gadis itu terpaku pada hunian tersebut. Tata letak yang terlihat sangat rapi dan barang-barang tersusun apik untuk ukuran penghuni laki-laki. Mereka berhenti di dekat sofa yang menghadap layar televisi besar.
“Kamar kamu pintu kanan, saya pintu kiri. Kamar mandi ada di dekat dapur. Kalau ada apa-apa atau ada yang perlu kamu tanyakan silakan panggil saya.” Faza mengangguk pelan mendengar ucapan dengan nada dingin tersebut. Tidak berani mengeluarkan suaranya untuk menjawab.
Ingatkan dirinya jika yang barusan berbicara adalah suaminya, bukan atasannya. Bahasa laki-laki itu yang terlalu kaku membuatnya kadang merasa sungkan dan takut ketika ingin bertanya mengenai suatu hal.
Faza membiarkan saja ketika laki-laki itu memasuki kamarnya. Kini dirinya memilih untuk menjatuhkan tubuhnya pada sofa yang ada di sana. Matanya masih menatap sekelilingnya dengan kagum. Tata letak ruang seperti ini biasanya disusun oleh mereka yang suka atau memiliki kegemaran dalam bidang tata letak ruang dan interior.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...