MAS ANGGA 34

1.9K 93 1
                                    

Melihat tangisan Faza yang semakin menjadi, Tama tak lagi menahan dirinya untuk merengkuh tubuh gadis itu ke dalam dekapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat tangisan Faza yang semakin menjadi, Tama tak lagi menahan dirinya untuk merengkuh tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Tubuh Faza bergetar kian hebat seiring dengan suara tangisannya yang semakin terdengar pilu.

Keduanya sama-sama menumpahkan air mata dengan dekapan erat seakan untuk saling menenangkan dan menguatkan satu sama lain. Kenyataan yang baru saja mereka dapatkan dari kejadian empat tahun lalu benar-benar membuat keduanya terguncang. Kejadian yang sama-sama membuat mereka sempat berada pada kesedihan yang sangat mendalam.

Hampir sepuluh menit kemudian Tama baru merasakan tubuh Faza yang tak lagi bergetar sekuat tadi. Saat ia rasa gadis itu sudah lebih tenang, Tama perlahan melepaskan dekapannya pada tubuh Faza dan berusaha menatap wajah istrinya itu. Jejak air mata jelas masih terlihat di kedua pipi Faza saat ini. Tangisan gadis itu tadi benar-benar terdengar sangat menyakitkan baginya.

Tama masih diam dan memberikan Faza waktu untuk menerima kenyataan yang sama-sama membuka luka lama mereka. Laki-laki itu akan kembali membahas hal ini setelah dirasanya Faza sudah tenang. Karena dirinya juga tidak tega melihat istrinya itu yang terlihat sangat rapuh akhir-akhir ini.

Setelah suara isakan Faza benar-benar berhenti dan Tama tak lagi melihat getaran dari kedua bahu gadis itu, dirinya kembali berniat untuk melanjutkan pembahasan mereka sebelumnya. Karena mau tidak mau, mereka tetap harus tahu kebenaran ini dari masing-masing pihak untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya terjadi empat tahun silam.

“Boleh saya lanjutkan?” Tama bertanya untuk memastikan dan dijawab dengan anggukkan kepala oleh Faza.

“Setelah pemakaman kakak, saya sempat mendengar ibu dan ayah saya yang berbicara mengenai kekasih kakak yang meninggal tak lama setelah kakak ditemukan menggantung di kamarnya. Saya hanya bisa mencuri dengar apa yang mereka katakan saat itu, karena saya masih terkejut dengan apa yang saya lihat hari sebelumnya. Dari percakapan mereka, saya tau jika kekasih kakak saya yang merupakan kakak kamu itu meninggal dalam perjalanan pulang dari apartemen kakak saya.” Tama menarik napas panjang untuk meredakan rasa sesak yang tiba-tiba menghimpit dadanya.

“Beberapa hari sebelum ditemukannya jasad kakak saya, mereka sempat berjanji bertemu. Kakak saya ingin meminta maaf atas putusnya hubungan mereka yang disebabkan oleh ayah saya. Tapi, ayah saya mengetahui rencana itu dan sengaja membuat pertemuan mereka batal. Kakak kamu sudah datang ke tempat mereka berjanji untuk bertemu hari itu, tapi kakak saya tidak datang. Mungkin karena hal itu kakak kamu mendatangi apartemen kakak saya. Sayangnya, saat dia datang apartemen sudah ramai oleh polisi dan akses masuk ke gedung pun dibatasi.”

Faza hanya bisa menahan sesak dan tangisannya agar Tama tidak merasa terganggu ketika kembali bercerita.

“Saya sempat melihat kakak kamu saat itu. Saya yang saat itu menangis di depan gedung apartemen tidak sengaja melihat kakak kamu yang ditahan oleh beberapa polisi karena memaksa ingin masuk. Saya mengenali kakak kamu sebagai kekasih kakak saya karena sempat melihat foto mereka di kamar kakak saya. Tapi saat itu saya tidak mampu untuk sekedar mendekati kakak kamu karena tubuh saya masih bergetar karena takut. Bahkan saya melihat sendiri ketika kakak kamu sampai jatuh terduduk ketika melihat polisi yang keluar dengan membawa sebuah kantong jenazah.” Air mata Tama kembali mengalir. Namun, laki-laki itu masih terus berusaha menahannya agar tangisnya tidak kembali pecah.

Mas Angga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang