Faza memasukkan tangannya ke dalam saku hoodie yang ia kenakan saat merasa udara malam ini sangat dingin. Masih pukul tujuh, tapi udara malam ini terasa sangat menusuk permukaan kulitnya. Padahal saat ini dirinya juga sedang berada tempat yang cukup ramai.
Tama yang sejak tadi terus memperhatikan Faza hanya tersenyum. Laki-laki itu terus memperhatikan setiap hal yang dilakukan oleh gadis di depannya sejak mereka baru duduk tadi. Faza yang memasukkan seluruh tangannya ke dalam lengan hoodie yang panjang, lalu kedua tangan itu dimasukkan lagi ke dalam saku hoodie hitamnya. Semua itu tak luput dari pandangan Tama.
Hampir sepuluh menit hanya duduk diam, seorang laki-laki mendatangi meja mereka. Meletakkan piring serta gelas berisi teh hangat di meja yang berada di tengah-tengah mereka duduk saat ini.
“Terima kasih, Mas,” ucap Tama dan Faza yang hampir bersamaan. Laki-laki yang mengantarkan pesanan tersebut hanya membalas dengan senyuman sebelum berlalu pergi. Setelah itu Faza lantas menarik lengan hoodie nya ke atas sebelum mencuci tangannya. Begitu pula dengan Tama yang juga menarik ke atas lengan sweater miliknya untuk kemudian mencuci tangannya.
Keduanya makan dalam diam tanpa ada perbincangan apapun. Baik Tama maupun Faza sama-sama sibuk dengan makanan mereka. Meski warung pecel lele tempat mereka makan saat ini cukup ramai dan tak sedikit suara obrolan yang terdengar, mereka tetap setia dalam keadaan yang diam tanpa obrolan.
Tama selesai lebih dulu daripada Faza. Laki-laki itu sekarang sedang menyeruput teh hangat miliknya saat Faza menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulutnya. Warung tenda tersebut terlihat semakin ramai saat ini. Masih belum ada perbincangan apapun yang terjadi di antara mereka berdua hingga sekarang.
Faza sempat mengelus perutnya dari balik hoodie yang ia kenakan saat merasa jika perutnya terasa penuh. Sempat menyesal karena tadi menolak tawaran Tama untuk makan di restoran cepat saji. Setidaknya jika di restoran cepat saji porsi nasinya tidak akan sebanyak yang masuk ke perutnya tadi. Tapi sudah terlanjur juga.
“Kamu tunggu di depan, saya bayar dulu.” Setelah mencuci tangannya, Faza segera keluar dari warung tersebut menuju ke area parkir.
Warung tenda tempat mereka makan kali ini memang berada di atas trotoar yang saat malam hari memang penuh dengan jajaran penjual makanan. Sedangkan Tama memarkirkan mobil mewahnya di seberang jalan. Berjajar dengan beberapa mobil lain yang pemiliknya mungkin sedang menikmati makan malam mereka di antara para penjual yang ada.
Mereka langsung menyeberang begitu Tama keluar dari warung tenda. Selanjutnya laki-laki itu memacu mobilnya dan ikut bergabung dengan pengendara lain di jalanan yang malam ini cukup lengang.
“Jadi ke supermarket?” Faza bertanya saat mobil berhenti di lampu merah.
Laki-laki itu menoleh kepada Faza dan menjawab dengan anggukkan kepala sebelum kembali melajukan mobilnya saat lampu menyala hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...