Hampir satu bulan berlalu sejak acara ulang tahun sekolah. Kini hubungan Faza dan Tama bisa dikatakan sudah mengalami peningkatan. Dari yang semula terkesan datar diwarnai dengan sikap datar nan dingin Tama, kini berangsur membaik setelah kejadian Tama yang sakit selepas acara puncak ulang tahun.
Bahkan laki-laki itu kini lebih sering memulai percakapan dengan Faza ketika mereka hanya berdua saja. Meski Faza terkadang masih merasa takut jika berdekatan dengan Tama, tapi gadis itu tetap akan membalas ucapan Tama dengan kepala yang tak lagi menunduk dalam.
Sebuah perubahan yang cukup baik sejauh ini. Meski belum sepenuhnya mereka berdua terlihat selayaknya pasangan pada umumnya, tapi Tama cukup bersyukur akan hal itu. Setidaknya dirinya tidak perlu lagi merasa jika hubungan pernikahan mereka selayaknya penjara yang memaksa mereka untuk terjebak dengan dasar pemaksaan dari ayahnya. Laki-laki itu bahkan kini tak ragu lagi untuk menunjukkan senyumannya pada Faza, tanpa ia ketahui jika setiap Faza melihat senyum itu hatinya jantungnya langsung memompa darah lebih banyak.
Pagi ini, seperti pagi biasanya dimana Faza akan memasak untuk sarapan. Hampir pukul enam, sarapan telah tersaji di atas meja makan. Gadis itu kemudian melangkah memasuki kamarnya untuk mempersiapkan keperluan sekolahnya. Saat ia kembali ke meja makan dengan tas sekolahnya, ia melihat Tama yang sudah menempati salah satu kursi di sana. Laki-laki itu kemudian menoleh saat menyadari kehadirannya.
"Saya bawa motor. Kamu mau ikut?" Pertanyaan itu dilontarkan Tama begitu Faza duduk di hadapannya.
Faza menoleh sekilas sebelum fokus pada sarapannya. "Aku naik bus aja," balasnya singkat tanpa menatap Tama.
Tama hanya mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa lagi. Keduanya kini sibuk dengan sarapan masing-masing tanpa diiringi obrolan lebih lanjut.
Satu perubahan lain yang terjadi dari Tama. Laki-laki itu kini lebih sering menawarkan Faza untuk berangkat bersamanya menaiki motor. Meski selalu ditolak oleh gadis itu, nyatanya Tama akan terus mengatakan hal yang sama setiap pagi. Alasan Faza pun akan tetap sama setiap harinya, gadis itu lebih nyaman naik bus. Alasan lain yang pernah sekali ia katakan pada Tama adalah, dirinya tidak mau jika nantinya mereka malah akan menjadi pusat perhatian di sekolah.
Mengingat tak sedikit siswi yang terang-terangan mengagumi sosok suaminya itu, Faza tak mau ambil risiko dengan berangkat ke sekolah bersama. Itu jelas bukan ide bagus untuk dirinya yang jarang sekali mendapatkan perhatian dari banyak orang. Lagi pula, Tama juga menerima alasan yang ia berikan. Laki-laki itu sama skelai tidak bertanya lebih lanjut atau malah memaksanya untuk tetap berangkat bersama. Tanpa sadar, hal itu membuat sisi hati Faza menghangat.
Tama berdiri setelah sarapannya tandas. Laki-laki itu mengenakan jaketnya sebelum menggendong tas di bahu kiri. "Saya duluan."
Faza hanya mengangguk sebelum Tama berjalan meninggalkan dirinya yang membereskan piring di meja makan. Gadis itu meninggalkan meja makan tepat data pintu unit ditutup oleh Tama. Piring bekas sarapan ia tinggalkan di wastafel karena akan ia cuci nanti saat pulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...