Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Tama hingga Faza merasa jika Tama yang sekarang seakan bukan Tama yang pernah ia kenal. Bukan, di sini bukan perubahan Tama yang mengarah pada hal buruk. Justru sebaliknya. Sikap yang ditunjukkan laki-laki itu terasa semakin hangat bagi Faza, dan itu cukup membuatnya heran sekaligus penasaran.
Laki-laki itu bisa dengan mudah melemparkan senyuman padanya, sedangkan dirinya jika berhadapan dengan Tama masih terus berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya. Hal ini telah terjadi selama seminggu belakangan. Tepatnya setelah Tama menjemputnya dari rumah orang tuanya waktu itu. Satu hari setelahnya, Faza bisa merasakan perubahan sikap Tama padanya yang menjadi semakin hangat dan seakan mereka adalah dua orang yang benar-benar dekat.
Saat ini Faza tengah mengerjakan soal di buku yang ia dapatkan dari tempatnya les. Gadis itu duduk di atss karpet yang ada di ruang tengah, sedangkan Tama saat ini duduk di atas sofa dengan posisi di belakang tubuh Faza. Laki-laki itu tampak sibuk menekuri laptopnya untuk mengurus pergantian jabatan OSIS. Selaku anggota inti, memang Tama dan Rian kini disibukkan dengan pergantian kepengurusan organisasi tersebut.
“Faza.” Suara Tama yang terdengar tiba-tiba membuat Faza yang tengah menuliskan hasil hitungnya sontak berhenti.
Sedikit mengejutkan memang karena Tama tiba-tiba memanggilnya padahal sebelumnya mereka sama sekali tak saling berbicara satu sama lain. Dengan rasa gugup dan canggung yang menguasai.
“Ya?” Faza berusaha membalas panggilan Tama tadi meski dengan suara yang sangat pelan.
“Boleh saya bertanya?” Tama kembali bersuara yang langsung membuat dahi Faza berkerut samar.
“Boleh, mau tanya apa?” Dengan perasaan yang tidak menentu, Faza melayangkan pertanyaan tersebut.
Beberapa saat kemudian Faza tak lagi mendengar suara Tama di belakangnya. Namun, ia tak berani menoleh untuk melihat apa yang tengah dilakukan suaminya itu saat ini.
“Maaf jika saya terkesan lancang. Waktu saya menjemput kamu dari rumah ayah kamu minggu lalu, saya yang membawa kamu dari basement sampai ke kamar kamu. Karena saya tidak tega membangunkan kamu yang terlihat sangat kelelahan saat itu.” Mendengar hal itu mau tak mau jantung Faza menjadi berdetak tak karuan.
Apa kata Tama tadi? Laki-laki itu yang mengangkat dirinya dari mobil sampai ke kamar? Itu berarti dugaannya minggu lalu ternyata benar? Jadi, bukan ia sempat terbangun dan berjalan sendirian sampai ke kamarnya? Astaga, kenapa Faza mendadak menjadi malu seperti ini.
“Lalu saat berada di kamar kamu, saya tidak sengaja melihat foto kamu bersama seorang perempuan. Kalau boleh tau, perempuan itu siapa?” Faza kembali dibuat terkejut akan pertanyaan Tama.Kenapa tiba-tiba saja Tama menanyakan hal ini? Jantungnya semakin bertalu saat mengingat sosok yang berada dalam foto yang dimaksud oleh Tama tadi.
“Maaf kalau pertanyaan saya membuat kamu tidak nyaman. Kamu berhak untuk tidak menjawab pertanyaan saya tadi. Cukup kamu abaikan saja dan anggap saya tidak pernah menanyakan hal itu.” Tama langsung berkata dengan cepat saat melihat Faza yang hanya diam dan kini malah menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...