Note : Di part ini lebih banyak digunakan narasi dan hanya terdapat sedikit dialog. Jadi, maaf jika ada yang merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Happy reading!
Faza kembali mengecek jam di ponselnya, sudah kali ketiga gadis itu terus melakukan hal yang sama sejak sepuluh menit yang lalu. Dirinya kini tengah berdiri sendirian di halte bus tak jauh dari tempatnya les. Hari sudah gelap, tapi bus yang ia nantikan sejak tadi tak kunjung terlihat. Merasa lelah berdiri, gadis itu memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di halte tersebut.
Lima menit lagi ia akan menunggu. Jika tidak datang juga, dirinya akan berjalan saja. Siapa tahu nanti bus berikutnya akan datang dan dirinya bisa naik. Meski sebenarnya ia tak yakin jika bus boleh berhenti selain di halte. Hampir lima menit menunggu, bus biru yang biasa ia naiki tak kunjung datang. Maka dari itu Faza kembali berdiri untuk melihat jalanan.
Berharap jika bus itu sudah terlihat dari tempatnya, tapi nihil. Tidak ada bus yang bisa ia lihat dari tempatnya berdiri. Lalu lintas pun tampak lengang. Hanya ada sedikit kendaraan yang melintas. Padahal biasanya jam seperti ini akan sangat padat bahkan tak jarang akan macet.
Menghela napas panjang, Faza baru saja akan memutuskan untuk berjalan meninggalkan halte saat sebuah mobil berhenti di sampingnya. Saat menoleh, rasa terkejut itu tak bisa ia sembunyikan ketika melihat mobil sedan hitam itu. Ia jelas mengenali mobil tersebut. Lalu ketika kaca mobil diturunkan hingga sang pengemudi terlihat, Faza hanya bisa menunduk.
“Masuk.” Bagai perintah yang tak boleh dibantah, Faza segera masuk ke dalam mobil tersebut setelah suara laki-laki di balik kemudi terdengar.
Mobil kembali melaju tak lama setelah Faza masuk. Dalam posisinya yang menunduk, Faza bisa melihat jika saat ini Tama masih memakai celana putih seragam sekolah mereka hari ini. Mungkinkah laki-laki itu belum pulang?
Tadi saat di kafe, Faza melihat jika Tama dan Rian lebih dulu meninggalkan kafe. Sedangkan dirinya dan Tina keluar berselang setengah jam. Apa mungkin laki-laki itu tadi keluar kafe tidak langsung pulang? Mungkin saja begitu.
Hening menyelimuti perjalanan mereka. Faza fokus menatap tautan jemari di atas pahanya, terkadang ia akan menatap keluar jendela memandangi jalanan yang mereka lalui. Sama sekali tak berniat menatap suaminya yang sejak tadi juga diam di sampingnya.
Lima belas menit kemudian Faza yang tengah menunduk merasakan mobil yang ia tumpangi berhenti. Saat mengangkat pandangan untuk menatap sekelilingnya, dahinya berkerut bingung ketika menyadari tempatnya berada saat ini. Bukan basement apartemen, melainkan halaman parkir sebuah restoran cepat saji.“Turun, kita makan di sini.” Tama berkata sebelum membuka pintu mobil dan keluar.
Faza tak langsung mengikuti, gadis itu sempat meredakan degup jantungnya yang sejak tadi tidak bisa tenang dan juga berusaha menekan rasa gugupnya. Ia kemudian ikut keluar dari mobil dan menyusul langkah Tama yang berada beberapa meter di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...