Kembali memasuki hari Senin, hari yang dibenci oleh banyak orang dengan berbagai alasan. Upacara bendera misalnya, salah satu dari sekian banyak alasan orang-orang membenci hari Senin. Khususnya bagi para siswa sekolah. Jika biasanya di hari Senin pagi Faza familiar dengan ucapan kesal dari teman-temannya yang membenci hari Senin, namun hari ini sepertinya ada yang berbeda.
Sejak menapaki ruang kelasnya yang telah ramai, tidak ia lihat atau dengar orang-orang yang mengutuk hari Senin ini. Sebaliknya, beberapa orang malah terlihat tengah bercerita dengan bahagia. Sesekali mereka akan bersorak penuh kegembiraan. Merasa penasaran, Faza mendekati sekumpulan teman-temannya yang di sana juga ada Tina.Setelah hanya berdiri diam sambil mendengarkan teman-temannya yang bercerita, Faza kini tahu apa yang membuat teman-temannya sampai bercerita dengan heboh. Pengumuman seleksi penerimaan perguruan tinggi dengan jalur nilai kemarin lah yang menjadi topik hangat teman-temannya pagi hari ini.
“Faza, lo kapan berangkat? Kok udah di sini aja.” Faza menoleh saat mendengar suara Tina di belakangnya.
Gadis itu melempar senyum lebar pada Tina setelah membalikkan tubuh menghadap teman sebangkunya itu. Setelahnya Faza membuka lebar kedua tangannya yang langsung dipahami maksudnya oleh Tina. Keduanya kemudian berpelukan cukup erat dengan senyum yang terukir di wajah satu sama lain.
“Selamat, Tin. Lo bisa lolos di jurusan yang lo pengen dari kelas sepuluh.” Faza berkata di tengah pelukannya dengan Tina.
“Makasih, Za. Gue masih gak nyangka tau gak? Kayak, ini beneran gue bisa lolos jalur nilai tanpa harus ikut tes lagi gitu.” Faza mengusap pelan punggung Tina saat mendengar nada suara temannya itu yang mulai bergetar.“Gue ikut seneng dengernya. Sukses ya, buat ke depannya.”
“Makasih banget, Za. Gue rasanya pengen nangis sekarang juga.”Suara Tina tertahan karena sengaja menyembunyikan wajahnya di bahu Faza. Takut jika dirinya tiba-tiba menangis malah akan memancing perhatian teman-teman sekelas mereka. Faza sendiri masih terus mengusap punggung Tina di tengah pelukan erat mereka.
Dirinya sebenarnya sudah tahu sejak kemarin jika Tina menjadi salah satu orang yang beruntung bisa lolos jalur tersebut. Kemarin sore, tiba-tiba saja Tina mengirim pesan berisi emotikon menangis dan ucapan tidak percaya. Setelah itu, Tina juga mengirim tangkapan layar yang menyatakan jika temannya itu benar-benar lolos seleksi jalur nilai.Dari 35 siswa eligible jurusan IPA, Tina menjadi salah satu yang beruntung bisa lolos. Selain Tina, di kelas mereka ada dua orang lagi yang lolos di perguruan tinggi yang berbeda. Sedangkan untuk jurusan IPA sendiri, jika tidak salah mendengar cerita teman-temannya tadi, ada lima belas orang yang diterima di perguruan tinggi melalui jalur nilai. Itu sudah termasuk tiga siswa dari kelasnya.
“Gimana reaksi abang lo?” Faza sengaja menanyakan hal tersebut agar keinginan Tina untuk menangis hilang.
Dan hal itu ternyata berhasil. Karena tak lama kemudian temannya itu kembali menegakkan kepalanya dari yang semula bersandar di bahu Faza.
“Gue rasanya puas banget kemarin liat muka abang gue. Begitu gue buka pengumumannya, gue langsung keluar kamar buat nyari mama yang kebetulan lagi nonton TV sama abang gue. Dan waktu gue bilang kalo gue lolos sambil nunjukkin HP, muka dia langsung berubah asem banget.” Tina tertawa lebar lalu mulai melepaskan pelukannya dengan Faza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...