Tama yang sekarang masih terasa asing bagi Faza. Dirinya tentu tidak terbiasa dengan Tama yang kini sikapnya mulai melunak, tidak sedingin dan sekaku dulu. Namun, hal itulah yang justru membuat Faza merasa asing. Dirinya yang terbiasa menghadapi Tama dengan segala sikap dingin dan juga datarnya kini harus menerima perubahan sikap laki-laki itu yang sebenarnya menuju ke arah yang lebih baik.
Hanya saja, perubahan sikap Tama itu jelas membahayakan jantung dan juga reaksi tubuhnya. Perhatian kecil yang laki-laki itu tunjukkan membuat jiwa jomblo dalam tubuh Faza selalu bereaksi. Bayangkan saja, Faza yang selama ini tidak pernah menerima perlakuan manis dari laki-laki, tiba-tiba saja mendapatkan perlakuan yang bisa dibilang cukup baik oleh Tama yang sekarang.
Seperti saat ini, Faza tengah mengerjakan tugasnya di atas karpet ruang tengah. Gadis itu sempat frustrasi karena tak kunjung mendapatkan hasil dari hitungan yang sejak tadi ia lakukan. Sementara itu, Tama sejak tadi duduk di sofa tepat di belakang tubuh Faza. Laki-laki itu sejak tadi sibuk dengan laptop di pangkuannya. Bahkan suara ketikan keyboard yang dilakukan Tama baru berhenti beberapa saat yang lalu.
“X nya jangan langsung dimasukkan. Kamu cari dulu Y nya berapa, nanti baru bisa ketemu hasil perkaliannya.” Faza terlonjak kaget saat mendengar suara Tama yang tiba-tiba saja terdengar di samping kepalanya.
Tubuhnya tiba-tiba menegang saat melihat tangan kanan Tama yang menjulur ke depan melewati bahunya untuk menunjuk buku tugasnya yang ada di atas meja. Laki-laki itu menjelaskan apa yang ia katakan tadi sambil menunjuk langkah hitungan yang dilakukan Faza pada bukunya. Bukannya memperhatikan penjelasan Tama, Faza malah sibuk menenangkan jantungnya yang berdetak sangat cepat.
“Kamu cari dulu hasil Y, baru bisa kamu cari hasil perkaliannya.” Suara Tama membuat Faza kembali ke dunia nyata.
Gadis itu mengerjap saat menyadari jika kepala Tama berada tepat di samping kepalanya. Ia tak berani menoleh karena takut jika ia menoleh, maka akan terjadi adegan yang tidak diinginkannya. Jantungnya kian bertalu setelah tadi debarannya sempat mereda.
Seolah menyadari Faza yang tiba-tiba diam dan tak bergerak merespons apa-apa sejak tadi, Tama akhirnya kembali pada posisinya semula. Sementara itu Faza masih berusaha meredakan debaran jantungnya yang belum juga kembali pada detakan normal. Astaga, efek yang ditimbulkan oleh Tama memang berpengaruh sebesar itu pada dirinya.
Saat sudah bisa mengendalikan dirinya, Faza akhirnya menyelesaikan soal yang tadi sempat membuatnya bingung hingga hampir menyerah itu. Setelah selesai dan mendapatkan jawaban, gadis itu lantas menutup bukunya diikuti helaan napas panjang. Merasa lega karena tugasnya sudah selesai ia kerjakan.
Baru saja hendak beranjak dari tempatnya duduk, Faza kembali terkejut saat tangan Tama kembali melewati tubuhnya sambil menunjukkan layar ponselnya yang menyala. Nama sebuah warung makan dengan pilihan menu menjadi sasaran pandang Faza pada layar ponsel tersebut.
“Kamu pilih, kita delivery saja.” Ucapan tersebut membuat Faza akhirnya mengambil ponsel tersebut dari tangan pemiliknya lalu memilih menu makanan yang ditampilkan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...