Selepas adegan penuh air mata tadi malam, Faza yang masih sesenggukkan karena sisa tangisnya hampir terlelap dalam pelukan erat Tama jika saja laki-laki itu tidak menyadarkannya. Dengan terus menundukkan kepalanya, Faza membiarkan Tama yang membereskan buku-bukunya sedangkan dirinya hanya diam.
Suaminya itu kemudian menyuruhnya untuk langsung tidur saja setelah selesai merapikan bukunya. Jadi, setelah menunaikan shalat isya gadis itu langsung menuju ke ranjangnya dan jatuh tertidur karena tubuhnya yang benar-benar lelah.
Pagi ini, dengan mata yang agak membengkak karena efek menangis semalam, Faza tengah sibuk di dapur untuk membuat sarapan. Kantung mata terlihat jelas membuat penampilannya terlihat menyedihkan saat ini. Suara kursi yang ditarik tak membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari wajan berisi nasi goreng di hadapannya.
Tak sampai lima menit, dua piring nasi goreng telah terhidang di atas meja makan. Faza sempat melirik Tama yang telah memakai seragam putih abu-abu dengan dibalut korsa OSIS berwarna abu-abu tua. Laki-laki itu kini tampak sibuk menikmati sarapannya tanpa menyadari jika Faza menatapnya. Tama lebih dulu menghabiskan nasi gorengnya daripada Faza. Laki-laki itu kini tengah meneguk air putih dari gelas dengan pandangan yang mengarah pada istrinya.
Melihat kantung mata di wajah gadis itu, Tama menghela napas pelan. Dilihatnya Faza yang terus menunduk tanpa berani menatap dirinya sama sekali. Setelah menghabiskan setengah gelas air putihnya, laki-laki itu memutuskan untuk kembali membuka suara lebih dahulu.
“Kamu bisa izin dulu hari ini kalau mau.” Faza yang baru saja menghabiskan suapan terakhir makanannya lantas menatap Tama sekilas.
Gadis itu jelas tahu maksud dari ucapan Tama adalah karena penampilannya yang sangat terlihat tidak meyakinkan untuk dirinya berangkat hari ini. Namun, gelengan kepala ia berikan sebagai balasan.
“Nggak apa-apa, aku berangkat aja nanti.” Bukan tanpa alasan Faza memilih untuk tetap berangkat.
Hari ini adalah hari kedua acara ulang tahun sekolah diadakan, dan hari ini merupakan hari dimana Tina akan unjuk gigi mewakili kelas mereka dalam cabang bola voli. Dirinya sudah berjanji pada teman sebangkunya itu untuk menonton pertandingan saat pemilihan wakil kelas seminggu yang lalu. Jadi, ia rasa ia tetap harus berangkat hari ini agar tidak membuat temannya itu merasa kecewa.
“Mau berangkat dengan saya? Saya tunggu kamu bersiap kalau mau.” Ucapan Tama tersebut sukses membuat Faza menatap laki-laki itu sepenuhnya.
Apakah ia tidak salah dengar tadi? Tama mengajaknya berangkat bersama?
“Nggak perlu, Mas. Nanti aku berangkat sendiri aja. Kamu pasti juga harus sampai lebih awal 'kan? Aku nanti naik bus aja.” Jawaban tersebut sukses membuat Tama kembali menghela napas nya.
“Gerbang ditutup jam delapan. Kalau memang tidak yakin untuk berangkat, tidak perlu berangkat. Nanti saya berikan izin pada wali kelas kamu.” Ucapan panjang dari Tama tersebut berhasil membuat Faza menatap laki-laki itu dengan jantung yang bertalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...