Hari Sabtu pagi ini Tama memutuskan untuk pergi ke kantor Pak Surya demi mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah menghantui kepalanya sejak semalam. Mengenai maksud kedatangan ayahnya ke kantor pria itu hingga membuat keluarga istrinya sampai menangis.
Pukul sepuluh dirinya sudah meninggalkan apartemen untuk menuju ke kantor ayah mertuanya dengan mengendarai motor. Faza belum terlihat keluar dari kamarnya hingga dirinya pergi tadi. Namun hal itu bukan sebuah masalah. Biarlah istrinya itu menenangkan diri terlebih dahulu dengan semua masalah yang kembali datang ini.
Hampir setengah jam berkendara melintasi beberapa titik macet di jalanan, akhirnya Tama sampai di halaman parkir kantor Pak Surya. Memang gedung usaha Pak Surya tidak sebesar milik ayahnya yang terdiri dari puluhan lantai. Hanya gedung tiga lantai dengan bangunan yang umurnya juga sudah tidak muda lagi. Sebuah gedung usaha produksi beberapa jenis makanan beku yang ia ketahui telah berdiri sejak sepuluh tahun lalu.
Dengan langkah lebar laki-laki itu berjalan memasuki gedung tersebut. Sempat bertanya kepada security di depan gedung yang tengah berjaga di mana letak kantor Pak Surya. Kini Tama tengah menaiki anak tangga yang akan membawanya menuju ke lantai dua, tempat di mana ruangan Pak Surya berada.
Setelah mengetuk pintu ruangan dan dipersilahkan masuk, Tama segera mendorong papan kayu tersebut lalu memasuki ruangan. Bisa ia lihat jika ayah mertuanya itu tampak terkejut akan kehadirannya yang memang tanpa kabar apapun.
“Maaf jika kedatangan saya ke sini malah mengganggu Ayah.” Tama berkata setelah dipersilahkan duduk di kursi yang berhadapan dengan Pak Surya.
Pria itu menggeleng pelan membalas ucapan menantunya. Senyum tipis tersungging di bibirnya melihat kedatangan Tama yang tiba-tiba.
“Tidak mengganggu sama sekali. Ada apa kamu datang kemari?” Tama ikut tersenyum saat Pak Surya ternyata menyambut medatangannya dengan hangat.
Setelah menghirup napas dalam lalu menghembuskannya serta meyakinkan diri dengan apa yang akan ia katakan, akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk segera mengeluarkan apa yang sejak tadi malam memenuhi pikirannya.
“Sebelumnya maaf jika pertanyaan saya mengganggu atau menyinggung privasi Ayah. Tapi, apa saya boleh tau apa tujuan ayah saya kemarin datang ke sini menemui Ayah?” Perubahan raut wajah Pak Surya tak luput dari pandangan Tama yang sejak tadi memang memperhatikan pria itu.
Ia sebenarnya merasa sangsi jika pria itu mau menjawab pertanyaannya begitu saja. Bukan apa-apa, hanya saja sepertinya masalah ini memang tidak seharusnya diceritakan kepala orang lain. Meski dirinya saat ini telah menjadi suami putrinya yang juga menjadi menantunya. Jelas itu tidak menjamin Pak Surya akan begitu saja menceritakan kejadian kemarin kepadanya.
“Dari mana kamu tau kalau kemarin ayah kamu datang ke sini?” Pertanyaan Pak Surya sontak membuat Tama terkejut. Ah, dirinya tidak memikirkan jika mertuanya akan menanyakan hal ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...