Kejadian di ruang tengah saat hari pertama Faza kedatangan tamu bulannya satu minggu yang lalu benar-benar membuat hubungan Tama dan Faza kian membaik. Faza kini mulai berani menatap laki-laki itu ketika tengah berdua, tak lagi menundukkan kepalanya dalam-dalam dan merasa gugup. Faza bahkan baru mengetahui jika Tama memiliki beberapa sifat yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Suaminya yang dulu ia kira sebagai seorang yang dingin dan sangat irit dalam ucapan kepada orang-orang itu, ternyata bisa berubah menjadi seseorang yang banyak bicara di beberapa waktu jika mereka tengah berdua. Seperti dua hari lalu contohnya. Faza yang tengah mengerjakan tugas di ruang tengah tiba-tiba mendengar penjelasan panjang lebar dari Tama mengenai soal yang saat itu sedang ia kerjakan. Laki-laki itu menjelaskan setiap cara tanpa Faza minta, dan saat Faza tengah mengerjakan soal, Tama tak jarang akan bertanya mengenai beberapa hal pada Faza.
Sebenarnya Faza suka dengan peningkatan yang terjadi pada kehidupannya dengan Tama saat ini. Meski ia tak menampik jika di tengah hubungannya dan Tama yang semakin membaik, akan selalu ada detak jantung tak wajar yang memenuhi rongga dadanya. Membuatnya harus berusaha mati-matian untuk tidak gugup lagi ketika berhadapan dengan Tama.
“Kamu melamun?” Faza yang tengah memikirkan kejadian minggu lalu lantas mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap Tama yang baru saja bertanya padanya.
Gadis itu menggeleng pelan sambil tersenyum kecil sebagai jawaban. Tidak mungkin dirinya menjawab jujur jika sedang memikirkan kejadian satu minggu yang lalu.
Keduanya saat ini sedang berada di ruang tengah. Dengan Faza yang berbaring di atas sofa dan Tama yang kembali sibuk dengan laptopnya dengan posisi duduk di atas karpet. Hari Minggu, tapi mereka lebih memilih untuk berdiam di apartemen. Faza pun sejak tadi hanya sibuk mengganti saluran televisi karena merasa tidak ada yang menarik baginya.
“Faza …, boleh saya bertanya?” Satu hal yang membuat Faza semakin mengagumi sosok suaminya.
Tama akan meminta izin terlebih dahulu saat hendak bertanya sesuatu hal. Dan hal itu cukup membuat Faza merasa tersanjung. Padahal bisa saja Tama langsung bertanya padanya tanpa harus meminta izin terlebih dahulu, tapi ia juga tak bisa menghentikan Tama melakukan hal itu. Karena jujur saja dirinya menyukai salah satu sifat suaminya tersbeut.
“Boleh,” jawab Faza pelan setelah beberapa saat hanya diam.
Tama tak langsung bertanya, karena kini kembali terdengar suara ketikan pada papan keyboard laptop laki-laki itu. Faza menunggu sambil terus menonton tayangan di televisi. Tak lama, suara ketikan tadi berhenti dan Tama memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Faza yang hingga saat ini masih berbaring.
“Kamu … kenapa memanggil saya dengan sebutan Mas?” Pertanyaan tersebut berhasil membuat Faza menatap pada Tama yang kini juga tengah menatap dirinya seakan menunggu jawaban.
Senyum Faza terbit mendengar pertanyaan tersebut. Ia kira Tama akan bertanya mengenai masalah yang ia hadapi seperti sebelum-sebelumnya. Ternyata laki-laki itu bertanya mengenai hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...