“Saya kemarin sudah berbicara dengan ayah kamu mengenai kamu yang ingin melanjutkan kuliah. Beliau setuju jika saya membantu untuk biaya selama kamu kuliah nanti.” Ucapan tersebut berhasil membuat makanan yang baru saja Faza hampir menyembur keluar dari mulutnya.
Tama yang mendapati reaksi terkejut dari istrinya segera mengambilkan air putih yang kemudian diberikan pada Faza. Satu gelas penuh air putih tadi kini hanya menyisakan setengah bagian untuk membantu Faza mendorong makanannya melewati kerongkongan. Ucapan Tama tadi benar-benar berhasil membuatnya terkejut bukan main.
“Untuk pilihan jurusan, beliau menyerahkan semuanya kepada kamu. Orang tua kamu tidak akan memaksa kamu untuk masuk ke jurusan yang mungkin pernah mereka sarankan dulu. Sekarang semua pilihan ada di tangan kamu. Mereka hanya berharap jika kamu bisa memilih jurusan yang memang kamu inginkan atau yang sesuai dengan bidang yang kamu sukai.”
Faza menelan ludahnya dengan susah payah. Tama seakan tak memberinya kesempatan untuk bisa menelan makanannya dengan tenang. Ucapan laki-laki itu kembali membuatnya hanya mampu terdiam. Tidak bisa memberikan reaksi apapun selain memikirkan setiap kalimat yang diucapkan tadi.
“Saya juga tidak mengharuskan kamu untuk mengambil jurusan tertentu. Semua saya serahkan kepada kamu. Gunakan kesempatan ini untuk meraih impian kamu. Pilih yang sesuai dengan apa keinginan dan apa yang membuat kamu berminat.” Ucapan tersebut diakhiri dengan senyuman Tama.
Laki-laki itu kemudian kembali sibuk menyantap makan malamnya tanpa menghiraukan Faza yang masih saja terdiam sejak tadi. Mencerna semua ucapan Tama dengan keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan.Semua yang dikatakan suaminya tadi jelas membuat gadis itu sangat terkejut. Kemarin, setelah selesai melakukan panggilan suara dengan ayahnya melalui ponsel miliknya, laki-laki itu mendatangi kamarnya untuk mengembalikan ponsel. Cukup lama setelah Faza selesai makan malam sendirian di meja makan. Gadis itu tidak tahu apa saja yang dibicarakan suaminya dengan sang ayah.
Dan malam ini, setelah pertanyaan tersebut menghantui kepalanya sejak kemarin akhirnya ia menemukan jawaban. Tama membicarakan mengenai biaya kuliah untuk dirinya dengan ayahnya. Mungkin juga ada hal lain yang mereka bicarakan kemarin. Karena tiga puluh menit bukanlah waktu yang singkat untuk pembicaraan yang hanya membahas mengenai izin laki-laki itu pada ayahnya.
“Faza.” Suara Tama membuat Faza tersentak.
Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap sekilas pada Tama sebelum akhirnya menunduk dan kembali menyantap makanan miliknya. Tama hingga saat ini masih terus menatap istrinya yang kembali akan terlihat gugup jika berhadapan dengannya. Laki-laki itu sempat bingung dengan Faza yang kembali selalu menunduk ketika bersama dirinya. Namun, pada akhirnya ia mengetahui alasan di balik perubahan mendadak dari sikap Faza.
Kalimat yang ia ucapkan saat tengah berpelukan dengan Faza di sofa beberapa hari lalu menjadi penyebab perubahan sikap Faza. Sikap Faza yang gugup dulu kembali lagi hanya karena tiga kata yang ia ucapkan. Ah, dirinya tidak pernah mengira jika ungkapan cinta darinya malah membuat mereka kembali canggung seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...