Dua minggu sudah Faza menjalani hidupnya sebagai seorang istri dari laki-laki yang kerap disapa Tama oleh orang-orang. Selama dua minggu pula ia tinggal bersama laki-laki dingin itu. Tidak ada yang berubah dari Tama, ia tetap dingin dan datar. Bahkan selama dua minggu mereka tinggal di tempat yang sama, bisa dihitung menggunakan jari berapa kali mereka pernah terlibat perbincangan kecil.
Ya, memang secanggung itu hubungan mereka berdua. Di sekolah pun ketika mereka tak sengaja bertemu atau berpapasan, tidak akan ada kontak mata apalagi saling melempar senyum seperti adegan dalam kisah romansa. Mereka benar-benar seperti dua orang asing yang dipaksa tinggal dalam satu tempat. Meskipun hubungan mereka saat ini bisa disebut demikian juga.
Faza juga tidak berharap banyak sebenarnya. Hidupnya bahkan terkesan monoton sejak mereka tinggal berdua. Pagi hari dirinya akan memasak sarapan, lalu mereka akan sarapan bersama kemudian gadis itu akan berangkat terlebih dahulu menggunakan bus sedangkan Tama akan mengendarai motornya untuk ke sekolah. Kemudian sepulang sekolah dirinya hanya akan berdiam di kamar, dan keluar kamar untuk memasak makan malam dan setelah selesai makan malam akan kembali lagi ke kamar.
Saat ini dirinya tengah berjalan sendirian di koridor lantai satu, tepatnya di depan deretan kelasnya. Bel pulang sekolah telah berbunyi hampir sepuluh menit yang lalu, dan keadaan sekolah sudah mulai sepi karena para siswa kebanyakan sudah pulang. Sampai di ujung koridor, matanya tak sengaja melihat Tama yang berjalan berlawanan arah dengannya.
Ia lantas mempercepat langkahnya untuk menghampiri laki-laki itu. Tak ditemukan raut bingung atau penasaran di wajah Gama saat melihat Faza yang berjalan mendekatinya. Hanya wajah datar dan dingin yang tak pernah absen dari wajahnya.
“Mas, aku mau izin ke rumah ibu. Mungkin nanti pulang habis maghrib, boleh 'kan?” ucap Faza saat mereka sudah berdiri berhadapan.
Laki-laki itu hanya mengangguk singkat tanpa mengucapkan kata apapun. Bahkan ia hanya menatap sekilas pada Faza yang kini tersenyum tipis.
“Makasih, Mas. Nanti aku pulang sebelum makan malam.” Lagi-lagi hanya anggukkan kepala yang Faza dapat atas ucapannya.
Detik berikutnya laki-laki itu melanjutkan langkahnya dengan pandangan lurus ke depan dan meninggalkan Faza yang masih berdiri di sana. Namun tak lama gadis itu juga kembali melangkah dari sana lantas menuju keluar sekolah dan berhenti di halte untuk menunggu bus. Dirinya ingin menemui ibunya hari ini karena rindu pada wanita itu.
Begitu sampai di rumah orang tuanya, Faza bisa melihat ibunya yang tengah memasukkan beberapa sayuran san kebutuhan makanan ke dalam kulkas. Mungkin saja ibunya baru berbelanja tadi dan langsung menyimpannya.
“Assalamualaikum, Bu.” Bu Mirna terlihat terkejut mendengar suara salam Faza. Wanita itu kemudian tersenyum saat melihat putrinya yang berdiri tak jauh darinya.
“Waalaikumsalam. Ya Allah, kamu kapan datang?” Faza hanya tersenyum saat melihat ibunya yang langsung memeluk dirinya dengan erat.
“Barusan. Aku juga udah bilang salam tadi pas masuk, tapi kayaknya Ibu nggak denger. Jadi langsung masuk aja.” Bu Mirna kemudian melepaskan pelukannya dan menatap putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Angga✔️
Teen FictionCERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas beserta bunganya." "Dua hari lagi, kau harus sudah memiliki jawabannya. Anakmu, atau uangmu yang ka...