Bab 15 | Warning

241 29 0
                                    

Pada malam hari seusai Acha dan Satya yang ketahuan Echa sedang pacaran di depan rumah. Kini dua bersaudara itu tampak saling diam. Acha masih takut mengajak kakaknya berinteraksi secara langsung. Sedangkan Echa sendiri lebih terlihat malas mengajak adiknya mengobrol.

Sebenarnya gadis itu masih kesal pada si adik. Jika saja sejak awal Acha mau jujur tentang perasaannya, Echa pasti mau mengalah dan melangkah mundur secara perlahan. Namun, semua itu telah terjadi. Echa sudah terlanjur mencintai Satya. Sehingga rasanya ia seperti telah dihianati oleh dua orang yang paling penting baginya.

Melihat tingkah laku kedua putrinya, membuat Ayah dan Ibu merasa aneh. Manurut mereka, tidak biasanya kakak beradik itu sama-sama berdiam diri saat berkumpul di meja makan. Padahal setiap jam makan malam tiba suasana hangat selalu menyelimuti keluarga itu.

Obrolan-obrolan kecil tentang bagaimana mereka melalui hari-harinya, senantiasa mereka bahas bersama-sama. Entah itu Echa ataupun Acha, mereka selalu antusias mencerita kejadian-kejadian unik saat di sekolah tadi. Atau bahkan ayah yang gantian membagi cerita mengenai kelakuan para tarunanya di asrama.

"Ehem!"

Dehaman Ayah terdengar cukup nyaring, sehingga mampu mengalihkan perhatian setiap manusia di meja makan itu. Echa seketika mengangkat kepalanya menatap sang ayah. Begitupun juga Acha yang memutuskan berhenti menyuap makanan ke dalam mulut.

"Jujur sama Ayah, kalian berdua lagi berantem ya?" tanya Ayah secara tegas.

Dalam sekejap suasana di meja makan berubah dingin. Kedua kakak beradik itu saling melirik satu sama lain. Sedangkan raut wajah sang ibu seketika berubah cemas. Beliau merasa takut kalau suaminya tiba-tiba mengamuk. Terutama ketika Ayah mengetahui kalau kedua putrinya tengah kedapatan sedang bertengkar dan tak kunjung berbaikan.

Acha hendak mengatakan sesuatu, tetapi segera ditahan oleh sang kakak. Echa tak ingin adiknya salah ucap saat dihadapkan dengan situasi ini. Birakan dirinya saja yang lebih dulu maju.

"Kami gak lagi berantem kok, Yah. Ayah jangan khawatir," jelas Echa dengan tenang.

"Bener??"

Keduanya langsung menganggukan kapala secara bersamaan.

"Oke, Ayah percaya. Gimana sekolah kalian?"

Kini Ayah beralih pada topik lain. Sejenak Acha melirik Echa yang ada di sampingnya. Gadis itu sepertinya ingin meminta persetujuan dari sang kakak untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun melihat kakaknya yang hanya diam saja, Acha tanpa pikir panjang lagi langsung menjawab, "Lancar kok, Yah."

"Bagus! Ayah gak mau denger kalian gagal karena kebanyakan pacaran atau apalah itu. Main boleh, asal secukupnya. Tapi kalau pacaran, NO!" jelas Ayah panjang lebar.

Acha menelan ludahnya dengan susah payah. Seketika ia merasa takut kalau hubungannya dengan Satya akan terbongkar sebelum Ayah memberikan ijin. Bisa-bisa dia langsung dipenggal hidup-hidup oleh sang ayah.

"Ayah jangan khawatir. Aku sama Acha janji bakal fokus belajar sampai lulus kuliah nanti," jawab Echa berusaha menyakinkan ayahnya.

Ayah lantas tersenyum bangga pada kedua putrinya itu. Sedangkan Ibu yang sedari tadi menyimak obrolan mereka, langsung bernapas dengan lega. Setidaknya malam ini tidak sampai terjadi pertumpahan darah.

***

Setelah makan malam berakhir, Acha langsung pamit mengerjakan PR-nya. Begitupun juga dengan kedua orang tua mereka yang memilih beristirahat di dalam kamar. Namun, berbeda dengan Echa yang harus membersihkan sisa makan malam karena ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Seperti yang kita tahu, Acha sangat menggemari kegiatan masak di dapur. Karena hal tersebut, ia akhirnya memilih untuk membatu Ibu menyiapkan makan malam. Sedangkan untuk urusan berberes rumah diserahkan pada Echa.

Setelah menaruh piring terakhir yang ia bilas di atas rak. Echa segera mematikan keran. Selanjutnya ia langsung melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Baru saja Echa membuka pintu, dirinya langsung mendapati Acha yang sudah duduk menghadap meja belajar. Gadis itu akhirnya menutup kembali pintu tanpa menimbulkan suara. Barulah setelahnya ia melangkah mendekat pada kasur.

"Katanya mau ngerjain PR?" tanya Echa pada si adik. Sebab ia tak melihat gadis itu sedang berkutat dengan tugas-tugasnya. Melainkan dia malah tengah asyik menatap deretan foto mereka berdua yang sengaja Echa pajang di atas rak meja belajar.

"Udah selesai, Mbak," jelas Acha singkat.

Suasana hening mulai menyelimuti keduanya. Saat ini Echa tengah terbaring di atas kasur menatap langit-langit kamar. Semua tugas rumahnya juga telah ia selesaikan sebelum makan malam tadi. Jadi, dia bisa menikmati waktu santainya sejenak.

Berbeda lagi dengan Acha. Gadis satu tahun di bawah Echa itu, sedari tadi menggigiti bibir bawahnya. Sebenarnya maksud ia main di kamar kakaknya adalah dia ingin membahas sesuatu yang menurutnya penting.

Dia ingin membicara perihal hubungannya dengan Satya. Namun sayang sekali, ia masih ragu mengungkapkannya. Apalagi melihat respon kakaknya yang tampak tak bersahabat saat memergoki mereka sore tadi.

"Mbak.. soal yang tadi–"

"Mbak gak bakal cerita apa-apa ke Ayah, Dek. Itu hak kamu," potong Echa tiba-tiba.

Acha terdiam sembari menunggu kelanjutan kalimat dari Echa. Sedangkan kakaknya sekarang telah terbaring menyamping menghadapnya.

"Cuman pesan Mbak kalo kamu gak mau Ayah sampai marah ataupun kecewa, usahakan jangan sampai ketahuan," saran Echa kemudian.

Acha menundukkan kepalanya. Sepertinya ia sedang menimang-nimang ucapan dari kakaknya itu. Hingga pada detik selanjutnya, Acha kembali mengangkat wajahnya.

"Baik, Mbak."

Berakhirnya obrolan kakak beradik di malam itu, menjadikan awal hubungan Acha dan Satya yang terjalin tanpa sepengetahuan sang ayah. Mereka berdua memutuskan backstreet sejenak sampai Ayah memberikan ijinnya. Mereka terpaksa melakukan hal ini karena keduanya tak siap kalau harus berpisah dalam waktu dekat.

Begitu juga dengan Echa, sejak malam itu dia telah mengikhlaskan adiknya bersama dengan orang yang ia cintai. Dirinya pun perlahan-lahan membuang jauh-jauh perasaan itu.

=TBC=

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang