Desember, 2021
Keesokan paginya Agni tak mendapati sang ayah di meja makan. Gadis itu ingin sekali bertanya pada bundanya. Namun melihat ekspresi murung dari wajah wanita itu, membuat Agni jadi tak tega. Ia bertekat tak ingin membuat bundanya bertambah sedih lagi.
"Kenapa, Ni? Sarapannya gak enak, ya?" tanya Echa saat melihat putrinya seperti tak berselera makan.
Agni mengeleng lemah, meskipun seulas senyum tipis masih terlukis di wajahnya.
"Nggak papa, Bun," balasnya pelan.
Echa meletakan sendok beserta garpunya. Lalu ia pun menompang dagu dengan kedua tangan. "Nggak mau cerita, nih?" bujuknya kemudian.
Satu suapan mengakhiri sarapan pagi gadis kecil itu. Ia juga melakukan hal yang sama dengan sang bunda, menaruh sendok dan garpunya di atas piring. Kemudian menundukkan kepala.
"Ada apa, sayang? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" bujuk Echa sekali lagi supaya anaknya mau terbuka padanya.
"Nggak ada, Bun. Cuman.."
"Hm?" gumam wanita itu di sela-sela menunggu anaknya selesai berbicara.
"Ayah pergi lagi, ya?"
Dalam sekejap Echa terkesiap saat menjawab pertanyaan tersebut. Sejak semalaman ia hanya memikirkan tentang sejauh mana hubungan antara sang suami dengan adik kandungnya. Wanita itu terlalu berfokus pada masalahnya, sampai-sampai dirinya lupa harus menyiapkan jawaban yang tepat kalau kemungkinan nanti putrinya tiba-tiba bertanya.
Echa berdeham sekilas sebelum menjawab, "Ayah udah berangkat pagi-pagi tadi, Nak. Katanya dia ada perlu di kampus."
Wanita itu akhirnya terpaksa berbohong kembali. Entahlah, dia sudah pasrah kalau kali ini Agni mau percaya atau tidak. Namun, yang jelas setidaknya Echa sudah berusaha menutupi keributan yang terjadi semalam.
"Oh, aku pikir Ayah gak pulang lagi. Soalnya kemarin aku belum sempat cerita banyak sama dia."
Dalam sekejap Agni merubah ekspresinya menjadi sumringah. Sehingga akhirnya membuat Echa dapat bernapas dengan lega.
"Ya udah, kalo gitu nanti saja ceritanya. Sekarang kamu ambil tas sama pakai sepatu ya! Habis ini Bunda anter ke sekolah."
"Siap, Bunda," seru gadis kecil itu. Dengan cepat dia turun dari kursi makan, lalu berlari kecil menuju kamarnya. Sedangkan Echa ikut bangkit dan segera bersiap-siap mengantar sang anak.
***
Di tempat lain, Jaka sedang menyibukan diri di dapur kecilnya. Menyiapkan serapan sebelum berangkat mengajar memang sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari. Jadi tak heran kalau melihatnya sudah berbalut celemek pink bergambar kartun hello kitty di pagi hari seperti ini.
"Cucok banget, Jak, celemekmu. Harus ya, pake celemek kayak gitu?" sapa Satya ketika Jaka baru saja datang dengan membawa dua buah piring berisi nasi goreng.
Jaka berdecak sebal mendengar ejekan dari sahabatnya itu. Setelah itu ia lantas meletakan piring tersebut dengan kasar di atas meja.
"Nih, makan! Orang susah kayak lo emang selalu resek kalo lagi laper."
Bukannya tersinggung, Satya malah tertawa puas karena berhasil membuat Jaka melontarkan kalimat pedas andalannya. Sedangkan Jaka kian menekuk wajah tampannya. Kini ia memutuskan untuk mengabaikan pria itu dan menarik salah satu kursi di sana.
Sekarang mereka berdua sama-sama duduk di depan meja makan dan bersiap menyantap sarapannya masing-masing. Tak ingin membuang banyak waktu lagi, Satya langsung meraih sendok beserta garpunya. Dia pun melahap nasi goreng tersebut dengan suapan yang amat besar. Tampak seperti orang yang tak pernah dikasih makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
عاطفية[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...