Bab 36 | Karma

235 32 0
                                    

Keesokan harinya Echa sengaja mengajak Michel makan siang bersama di kantin. Kali ini gadis itu berencana mendesak Michel agar mau mengakui alasan dibalik ia mengikuti balap motor beberapa hari yang lalu. Walaupun Echa sedikit meragukan ucapan Satya kemarin, tetapi ia ingin memastikan semuanya dari mulut lelaki itu secara langsung.

Lima menit yang lalu gadis itu baru saja duduk di kantin sembari menunggu sahabatnya selesai kelas. Dia sengaja memilih bangku paling ujung supaya tidak mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Ceweeeek," sapa Michel dengan nada genit.

Ternyata lelaki itu baru saja menampakan batang hidungnya. Saat ini ia telah menarik kursi dan duduk di depan Echa. Tanpa permisi tangannya langsung mencomot jamur crispy milik si gadis.

Echa tak menjawab sapaan tersebut. Ia hanya melirik sekilas dengan ekspresi datarnya.

Merasa heran dengan tatapan gadis itu, Michel pun bertanya, "Kenapa lo?"

"Jujur sama aku!" todong Echa langsung.

Michel tampak kebingungan. Terlihat jelas dari kedua alisnya yang saling bertautan.

"Kamu balapan lagi, ya?!"

Hampir saja Michel tersedak. Buru-buru ia mencari sesuatu untuk meredakan rasa sakit di tenggorokannya. Tanpa banyak kata lagi, Echa mendorong es teh miliknya yang belum disentuh sama sekali.

Michel menerimanya dengan senang hati. Dengan cepat lelaki itu menandaskan hampir separuh dari isi gelas. Sayangnya hal tersebut tak mengurangi kegelisahannya.

Dari gelagat lelaki itu, ia tampak berkeringat dingin. Apalagi saat melihat tatapan Echa yang tiba-tiba berubah mengintimidasi.

"Ehem! Lo kata siapa?"

"Satya," potong Echa cepat.

"Oh.."

Walaupun Michel sudah bersusah payah menutupi rasa gugupnya. Namun, hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya.

"Oooh?" koreksi gadis itu seraya menaikan sebelah alisnya. Mungkin ia tak terima jawaban lelaki itu yang dinilai kurang memuaskan.

"Cuman satu puteran aja, Cha," kata Michel santai. Kali ini ia berusaha beralasan agar si gadis mau mengampuninya.

Sayangnya tak semudah yang ia kira, karena Echa malah mendengkus sebal. "Satu doang kamu bilang?!" katanya.

Echa benar-benar tak habis pikir dengan isi otak lelaki itu. Mana ada orang waras yang sengaja membahayakan dirinya sendiri. Meskipun demikian Echa paham kalau lelaki itu pasti sedang banyak pikiran dan ingin lari sejenak dari permasalahannya. Namun, cara tersebut bukan hal yang baik.

"Kenapa sih, Cha? Lagian aku tetep baik-baik aja sampai sekarang."

"Chel!" sentak Echa seketika. Hingga berhasil membuat si lelaki membungkam seketika.

"Kamu tuh, ya! Kenapa gak pernah sayang sama nyawa kamu sendiri, sih? Apa kamu gak kasihan sama ayahmu?" nasehat si gadis.

Namun, sayangnya Michel malah salah tangkap maksudnya. Lelaki itu sepertinya tersinggung dengan ucapan Echa tersebut. Terlebih kalau sahabatnya itu sudah membawa-bawa ayahnya ke dalam topik pembicaraan mereka.

Srak!

"Gak usah bawa-bawa pria hidung belang itu!" peringatnya seraya menunjuk mata gadis itu secara langsung.

Echa menelan ludahnya dengan susah payah, tetapi ia tetap tak gentar.

"Tapi, Chel! Mau gimanapun juga dia tetap papamu!"

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang