Bab 52 | Hambar

141 19 0
                                    

Oktober, 2006

Inilah awal mula kisah Satya dan Acha dimulai. Sebenarnya alasan lelaki itu bisa tertarik dan ingin mengenal Acha lebih jauh karena dia hanya sekedar penasaran. Hingga suatu ketika Satya akhirnya mendapatkan kesempatan yang sudah ia tunggu-tunggu.

Hamparan rumput hijau di sudut lapangan belakang sekolah, lelaki itu akhirnya bisa berbincang sejenak dengan gadis yang sudah membuatnya penasaran selama dua minggu ini. Satya berani bertaruh kalau momen pertemuan pertama mereka pada siang itu sampai kapanpun tidak akan pernah ia lupakan. Sebab gadis itu telah menorehkan kesan yang baik di hatinya.

Sekarang Satya percaya kalau ternyata benar apa yang dikatakan oleh teman-temannya tentang gadis itu. Acha sungguh gadis yang sangat menarik. Sampai-sampai pada detik itu juga dia langsung memutuskan untuk tidak akan pernah mundur sampai berhasil mendapatkan hatinya.

Sebagai langkah awal, Satya mencoba menulis surat cinta untuk ia berikan pada gadis itu. Sesungguhnya dia tak pandai merangkai kata-kata manis. Ditambah lagi ia juga tak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Namun dengan tekat yang bulat, akhirnya lelaki itu berani menyerahkan surat itu pada gadis incarannya.

Tak disangka-sangka ternyata Acha meresponnya dengan baik. Hingga pada akhirnya mereka terus melakukannya sampai hampir dua bulan lamanya. Tentunya dengan cara diam-diam. Bahkan saking rahasianya, tidak ada satu orang pun yang tahu. Dan selama dua bulan itu pula, mereka tampak saling mengirimkan sinyal satu sama lain.

Hal inilah yang membuat Satya yakin dan ingin jujur tentang perasaannya. Berbekal niat menjenguk Acha yang sedang sakit, dengan berani lelaki itu mengungkapkan seluruh isi hatinya.

"Cha, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata Satya yang tampak sedang gelisah dalam duduknya. Sedari tadi mereka sedang duduk bersisian di teras rumah gadis itu.

"Hm? Iya apa, Mas?" jawab Acha sembari menoleh ke samping.

"Ehm.. kita 'kan udah dekat cukup lama nih. Jadi.. mau nggak, kamu jadi pacarku?"

Spontan saja Acha langsung membulatkan matanya. Gadis itu tampak terkejut karena tidak pernah menyangka sebelumnya kalau secara tiba-tiba mendapat pengakuan seperti ini. Sejenak dia seperti sedang menimang-nimang jawaban.

Meskipun jauh di dalam lubuk hati gadis itu, Acha juga tertarik pada kakak kelasnya tersebut. Namun, dia juga kurang yakin dengan perasaannya sendiri. Apalagi selama ini Satya sering membahas topik tentang kakak kandungnya. Tak jarang dia menyimpulkan kalau lelaki itu lebih tertarik pada Echa ketimbang dirinya.

Namun, sekarang apa? Mengapa tiba-tiba semuanya berbanding terbalik? Tanpa disangka-sangka Satya malah menyatakan cintanya.

"Iya, aku mau, Mas."

Setelah melalui pertimbangan yang alot, akhirnya Acha mau menerima lelaki itu. Jadi, mulai hari ini mereka akhirnya resmi menjalin hubungan dengan status baru.

***

Seiring berjalannya waktu, siapa sangka kalau perasaan Satya itu bisa berubah. Semakin ke sini lelaki itu merasa biasa-biasa saja. Perasaan antusiasnya dalam mencintai gadis itu entah menghilang ke mana. Dia sadar kalau ini salah. Dia juga menyadari kalau dirinya tidak ada bedanya dengan laki-laki berengsek di luar sana.

Suatu hari tiba saatnya Satya lulus dari SMA. Masa putih abu-abunya telah usai. Kini lelaki itu sudah berencana mengakui semuanya di depan Acha secara langsung. Dia bahkan sudah menyiapkan diri kalau memang nantinya gadis itu marah atau memakinya.

Sayang sekali rencananya malah gagal total. Ternyata berekspektasi tidak semudah menghadapi realita. Sulit sekali baginya untuk jujur pada gadis itu.

Satya menganggap kalau Acha adalah gadis yang baik, hingga membuatnya tak rela apabila sampai menyakiti hatinya. Kini dengan bodohnya lelaki itu kembali melanjutkan hubungan mereka yang terbilang sudah tak sehat lagi.

"Selamat atas kelulusanmu, Mas," kata Acha seraya menghadiahkan sebuah kecupan manis di pipi laki-laki itu. Beberapa jam yang lalu Satya sengaja menemui gadis itu di depan kelas setelah mendapati ada namanya yang tertera di daftar siswa yang berhasil lulus tahun ini.

"Makasih ya, Cha," balas Satya seraya tersenyum tipis. Sebuah senyuman palsu darinya. Sejenak keheningan tercipta di antara mereka. Entah mengapa suasana tiba-tiba berubah menjadi canggung.

"Cha, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini soal hub–"

Ucapan Satya terpaksa harus terpotong karena tiba-tiba saja gadis itu menyelanya, "Mas satya jadi diterima di kampus yang kemarin?"

Lelaki itu menganggukkan kepalanya. Gerak-geriknya tampak kaku dan canggung sekali.

"Wah, keren banget!" puji Acha dengan tulus. Gadis itu memang selalu terlihat tulus kapanpun dan di manapun. Sifat inilah yang paling disukai oleh Satya.

Lelaki itu tersenyum bangga. Karena pada akhirnya dia berhasil diterima di kampus biru yang mana merupakan universitas impiannya sejak dulu.

"Kalo begitu aku mau belajar yang rajin mulai sekarang. Biar nanti kita bisa satu kampus bareng-bareng," celetuk Acha tiba-tiba.

Seketika itu senyuman lelaki itu langsung luntur secara perlahan. Hatinya mengatakan bahwa ini tidak benar. Maka dari itu dia harus segera mengakhirinya sebelum semuanya terlambat.

"Cha–"

"Pokoknya pesanku, nanti kalo Mas Satya udah kuliah, jangan terlalu deket sama cewek lain! Mas satya mau janji 'kan sama aku?"

Pada dasarnya Satya selalu merasa tak enak hati bila menolak seseorang, dengan bodohnya ia malah mengangguk patuh. Senyum Acha kian merekah, membuat lelaki itu diam-diam menghela napas panjang. Dirinya lelah, mau sampai kapan dia bersandiwara di depan gadis itu?

Di lain sisi Acha sebenarnya sudah peka kalau kekasihnya itu berencana akan memutuskan hubungan mereka. Dia juga menyadari kalau akhir-akhir ini sikap Satya terkesan aneh saat bersamanya. Semenjak mereka jadian, lelaki itu selalu mencoba untuk berpura-pura bahagia di depannya.

Acha paham jika ini semua dibiarkan terus-menerus, maka secara otomatis nantinya bisa menyakiti kedua belah pihak. Namun karena rasa egoisnya yang terlalu tinggi, maka keinginannya untuk menahan lelaki itu supaya tidak pergi jauh semakin kuat saja.

Manurutnya akan terasa sangat sia-sia kalau dia menyerah sekarang. Sebab selama ini gadis itu selalu berusaha agar Satya hanya melihatnya seorang. Bukan pada gadis lain, apalagi kakaknya sendiri.

=TBC=

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang