Bab 24 | PDKT

192 26 3
                                    

Januari, 2012

Bulan ini menjadi awal di mana Echa dan Satya dipertemukan kembali satelah sekian tahun lulus dari sekolah yang sama. Echa masih ingat terakhir kali ia bersitatap dengan laki-laki itu saat di mana Acha memutuskan menikah dengan pria lain.

Kala itu Echa sempat dibuat penasaran dengan kisah mereka. Bagaimana bisa mereka dengan mudahnya mengakhiri hubungan tersebut setelah terjalin hampir enam tahun lamanya. Hingga pada akhirnya terjawablah sudah. Adiknya mengaku bahwa Satya enggan berjuang bersama untuk mendapatkan restu dari bapak.

Kembali pada cerita awal, saat itu Satya tidak sengaja datang ke bank tempat di mana ia bekerja. Yup! Sebelum Echa menikah, ia sempat bekerja sebagai teller di salah satu bank syariah.

Meja teller menjadi saksi bisu pertemuan mereka kembali. Tak ada yang menyangka kalau mereka akan dipertemukan dalam situasi yang seperti ini.

"Loh, Satya?" kata Echa sedikit terkejut karena tiba-tiba mendapatkan nasabah yang tak lain dan tak bukan adalah teman lamanya itu.

"Hai, Cha. Apa kabar?" sapa Satya dengan ramah.

"Oh, baik. Ehm.. mau setor tunai?" tanya Echa ragu-ragu. Sungguh dia tidak terlihat seperti biasanya. Rasanya dia agak sedikit canggung. Padahal wanita muda tersebut selalu bersikap profesional dalam melayani setiap nasabahnya.

"Iya," jawab Satya singkat.

Begitulah percakapan singkat antara mereka. Sederhana, tapi siapa sangka kalau pertemuan mereka kali ini akan berlanjut kembali.

***

Berbekal alasan setor tunai lebih mudah jika lewat teller daripada melalui mesin ATM. Membuat Satya akhirnya selalu datang setiap bulan. Entah apa yang membuat lelaki itu memilih datang ke sana. Padahal banyak sekali bank yang serupa di kota tersebut.

Bahkan ada dua cabang yang letaknya lebih dekat dari universitas tempat ia bekerja. Namun, tetap saja Satya rela lelah mengantri panjang atau bahkan berjam-jam lamanya.

Semakin lama Satya mulai menikmati momen-momen di mana Echa tersenyum manis ketika melayaninya. Menurutnya wanita muda itu tampak begitu menawan saat berdiri di balik meja teller.

Ditambah lagi tutur bahasa yang ia pergunakan selalu terdengar halus di telinganya. Sampai-sampai membuat hati lelaki itu seketika bergetar hebat. Kini saatnya Satya mengakui kalau ia telah jatuh hati.

"Satya!" tegur Echa membuyarkan lamunan lelaki itu.

"Hah?! Iya, Cha."

Dalam sekejap Satya tampak linglung.

"Ini tanda buktinya," kata Echa seraya mendorong pelan selembar kertas ke hadapan lelaki itu.

"Oh.. iya. Makasih," balas Satya disertai dengan senyuman lebar.

Setelah menyimpan tanda bukti tersebut, Satya terlihat enggan beranjak dari tempatnya. Untung antrian berikutnya masih kosong. Jadi dia tak sampai membuat orang lain menunggu. Saat ini Satya masih setia berdiri dihadapan wanita itu. Hingga membuat Echa mulai bertanya-tanya.

"Kenapa, Tya? Ada yang ketinggalan?"

Secepat kilat Satya menggelengkan kepalanya.

"Bukan, Cha. Ehm.. itu aku.."

"Iya?"

"Kamu nanti pulang jam berapa?" ucap Satya dalam satu tarikan napas.

Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya ke manapun asalkan tak menatap wanita itu secara langsung. Di sisi lain Echa tampak bingung karena harus mencerna terlebih dahulu ucapan dari lelaki yang ada dihadapannya ini. Hingga beberapa detik kemudian dia baru menyadari maksudnya.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang