Bab 5 | Tentang Dia

327 38 0
                                    

Satya baru saja tiba di rumah sakit. Sedangkan wanita yang bersamanya tadi sedang mendapatkan penangan dari dokter.

Kini laki-laki itu duduk di salah satu kursi tunggu yang ada di sana. Penampilannya terlihat kacau. Dia masih mengenakan baju rumah dengan bekas noda darah di mana-mana. Pikirannya masih kalut sampai sekarang. Namun, tak lupa dia terus berdoa atas keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya.

Lima belas menit telah berlalu, tapi Satya masih belum mandapat kabar kepastian dari dokter. Sampai pada akhirnya datanglah sepasang suami istri yang sudah berumur. Rupanya sang mertua baru saja tiba.

"Nak Satya, keadaan Acha gimana? Apa dia sudah bisa dijenguk?" tanya Ibu tergesa-gesa lantaran terlalu panik setelah mendapat kabar buruk soal putrinya itu.

Satya menundukkan kepalanya.

"Maaf, Bu. Acha masih berada di dalam. Mungkin sebentar lagi selesai. Kita tunggu saja."

Ibu menghela napas berat. Sedangkan Bapak hanya bisa menenangkan istrinya. Tak lupa dia pun mengajak Ibu turut mendoakan keselamatan putrinya serta calon cucunya.

"Udah, Bu. Kita berdoa aja. Bapak yakin jika Acha pasti bisa melewati ini semua."

Ibu pun mengangguk.

"Iya, Pak."

Beberapa detik kemudian, tiba-tiba seorang berjas putih datang menghampiri mereka. Dari raut wajahnya, perasaan Satya mengatakan ada kabar buruk yang hendak ia sampaikan pada mereka.

"Permisi, keluarga Nyonya Acha?"

Ibu langsung berdiri di barisan paling depan saat nama anaknya dipanggil.

"Iya dia putri saya, Dok."

Dokter tersebut mengangguk sebelum melanjutkan penjelasannya, "Kami mohon maaf, Bu. Nyonya Acha baru saja kehilangan banyak sekali darah. Jadi, saat ini sangat sulit bagi kami untuk menyelamatkan keduanya."

Seketika itu Ibu langsung ambruk. Beruntung Bapak dengan sigap menahan tubuhnya dari belakang. Sehingga istrinya tak sampai terjatuh ke lantai.

"Ibu, saya harap anda dan sekeluarga dapat mengikhlaskan salah satu dari mereka."

"Selamatkan putri saya, Dok!" potong Ibu dengan cepat.

Baik Ayah maupun Satya, mereka sama-sama tergelak saat mendengar penuturan beliau.

"Bu.."

"Pak, Acha lebih penting saat ini."

Laki-laki berumur lima puluh tahunan itu tampak menimang-nimang keputusan istrinya. Hingga pada akhirnya beliau juga menganggukkan kepalanya. Sang dokter akhirnya langsung pamit undur diri setelah mendapat jawaban pasti dari keluarga pasien.

***

Setelah Agni selesai membersihkan badannya, ia lantas masuk ke dalam kamar. Di sana Echa sudah menunggunya. Namun, gadis kecil itu seketika mengerutkan alisnya. Saat ini bundanya tampak terlihat rapi dengan mengenakan dress selutut.

Ada banyak pertanyaan yang seketika hinggap di benaknya. Bukankah mereka harus menunggu ayahnya kembali sebelum berangkat liburan? Tapi kenapa bundanya sudah siap sekarang?

"Bunda..," panggil gadis kecil itu sembari mendekati Echa.

Sang bunda akhirnya menoleh, lalu tersenyum manis padanya.

"Sini, sayang. Pakai baju dulu!"

Agni akhirnya menurut tanpa banyak komentar lagi. Namun, di dalam hatinya sudah terlalu banyak rasa penasaran. Sehingga ia tak tahan lagi menanyakan sesuatu.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang