Bab 29 | Ijin

196 28 6
                                    

Malam ini Satya sedang duduk di depan televisi. Jarang sekali melihatnya sedang menikmati waktu luang dengan bersantai seperti ini. Biasanya di jam yang sama lelaki itu masih berkutat dengan laptop atau setumpuk kertas jawaban.

Tak lama kemudian Echa keluar dari kamar Agni. Sepertinya dia baru saja menemani anaknya sampai terlelap dalam tidur. Melihat suaminya sedang fokus pada layar kaca yang ada di depan sana, Echa pun berinisiatif menghampirinya.

Wanita itu langsung duduk di atas sofa tepat di samping suaminya. Satya merasakan sedikit pergerakan, maka spontan ia menolehkan kepalanya. Sedetik kemudian dia malah tersenyum lebar saat mengetahui kehadiran sang istri.

Tanpa bertele-tele lelaki itu lantas menghapus jarak di antara mereka. Sebelah tangannya ia letakan di kepala sofa, berniat memeluk wanitanya dari samping. Sedangkan Echa pun tak mau kalah. Kini kepalanya, ia sandarkan di dada sang suami.

"Agni udah tidur?" tanya Satya membuka obrolan.

Echa membalas dengan anggukan kepala. Jemarinya tengah sibuk bermain-main di paha milik si pria. Hingga membuat Satya seketika harus menahan rasa geli.

Lambat laun tangan wanita itu bergerak ke atas dengan nakalnya. Untung saja Satya masih bisa menguasai nafsunya dengan baik. Sebisa mungkin dia mengalihkan pikiran kotor itu dan berfokus kembali pada tontonan yang ada di depan sana. Jika tidak, sudah dipastikan dia langsung mengunci tubuh wanitanya di atas ranjang. Lalu membuatnya mendesah tanpa ampun.

"Bun."

"Hm?" jawab Echa singkat.

Kini kepala wanita itu tak lagi bersandar, melainkan dagunya sengaja ia taruh di pundak sang suami. Hingga membuat kedua bola matanya langsung menangkap fitur menarik dari wajah lelaki itu. Hidung besar nan mancung itu sekarang menjadi fokus utamanya.

"Aku mau minta ijin sama kamu, boleh?" ucap Satya seraya ikut menoleh ke samping.

"Ijin apa, Mas?"

Echa terlihat menautkan kedua alisnya.

"Besok lusa aku ada acara workshop di luar kota."

"Berapa lama?" tanya Echa cepat.

"Tiga hari."

"Sendiri?" todong Echa sekali lagi. Dia sudah seperti seorang detektif yang bersiap menginterogasi para tersangkanya.

Satya menggelengkan kepalanya.

"Nggak, sama dosen lain."

"Siapa? Acha?" tebak Echa langsung dan hal itu berhasil membungkam mulut si pria. Cukup lama mereka saling terdiam. Hingga beberapa menit kemudian Echa kembali berbicara.

"Oh, ya udah," putus wanita itu.

"Tapi aku janji kok bakal jaga jarak sama dia. Aku juga gak mau melewati batasku lagi sebagai kakak ipar. Kamu percaya sama aku 'kan?"

Echa kembali terdiam di tempatnya. Ia sepertinya masih regu untuk mempercayai suaminya itu. Namun, melihat wajah Satya yang tampak sangat meyakinkan, membuatnya perlahan menganggukan kepala.

Satya tersenyum lebar. Dibawanya wanita itu ke dalam pelukannya yang hangat. Sedetik kemudian Echa juga membalas pelukan tersebut tak kalah eratnya. Perlahan sedikit demi sedikit kekhawatiran dalam hatinya mulai pudar dan berganti menjadi ketenangan.

"Kamu mau oleh-oleh apa?" tanya lelaki itu di sela-sela pelukan mereka.

"Nggak usah. Kamu pulang ke rumah dengan selamat aja, udah cukup buatku," ungkap Echa secara jujur.

Seketika senyuman miring diperlihatkan oleh lelaki itu.

"Ciyee.. istriku udah pinter gombal nih sekarang. Diajarin siapa?" godanya seraya mencolek dagu sang istri.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang