Siang ini Acha memberanikan diri mengajak Satya bertemu di salah satu kafe yang sering mereka berdua datangi. Awalnya gadis itu merasa tak yakin kalau Satya akan menyanggupi ajakannya, tapi di luar dugaannya ia ternyata salah. Satya akhirnya mau dan bersedia menemui gadis itu tanpa berusaha menghindar sedikitpun.
"Mau ngomong apa?" tanya Satya memecahkan keheningan di antara mereka. Sudah hampir lima belas menit lamanya mereka duduk sambil berdiam diri. Bahkan suasana kafe yang terlihat cukup ramai pada siang ini tak membuat keduanya terganggu.
Saat ini raut tegang tampak tergambar jelas di wajah gadis itu. Apalagi ketika Acha mendapati ekspresi datar yang ditunjukkan mantan pacarnya tersebut semakin membuatnya tidak tenang. Entah sudah ke berapa kali gadis itu menggigiti bibirnya, demi mengusir rasa gugup yang saat ini ia rasakan.
"Aku tahu, Mas, kalo kata maaf gak akan cukup buat menghapus semua kesalahanku kemarin," kata Acha membuka obrolan serius di antara mereka.
Satya menunduk sambil menghela napas berat.
"Aku juga, Cha. Aku sadar kalo ternyata di sini bukan kamu saja yang salah, melainkan aku pun begitu. Maaf kalo aku selalu buat kamu kecewa selama kita bersama," ujar lelaki itu seraya menundukkan kepala.
Acha menipiskan bibirnya. Selanjutnya ia berkata, "Oke, kalau begitu, gimana kalo kita memulai semuanya dari awal?"
Sontak saja Satya langsung mengangkat wajahnya. Entah mengapa dari ekspresi wajahnya kali ini samar-samar tampak sedang mengharapkan sesuatu. Mungkinkah ia akan bersatu kembali dengan gadis itu?
"Ma–maksud kamu?" tanya Satya sedikit terbata-bata.
"Iya, kita sama-sama mulai dari awal lagi. Kamu dengan pilihanmu dan aku dengan pilihanku."
Lontaran kalimat dari gadis itu seketika membuat hati Satya menjadi kecewa. Musnah sudah harapannya untuk memulai kembali hubungan mereka yang sempat putus di tengah jalan. Terlebih ketika Acha tiba-tiba menyerahkan sepucuk undangan yang sedari tadi ia simpan di dalam tas.
"Aku harap kamu bisa datang ya, Mas. Aku sama Mas Wira bakalan senang kalo kamu datang ke acara kita," tutur gadis itu seraya mendorong pelan undangan bernuansa merah maroon yang ia yakini sebagai warna kesukaan gadis itu.
Satya menatap lamat-lamat undangan tersebut. Di bagian sampul undangan telah tertulis jelas namanya, bukan sebagai mempelai pria yang akan bersanding dengan gadis cantik itu. Melainkan sebagai tamu yang diundang. Sejenak ia tersenyum miring. Nyatanya semesta berhasil mempermainkannya. Kini tidak ada lagi harapan untuk mereka kembali seperti sedia kala.
"Ya, kalau aku bisa, aku pasti akan datang," jawab Satya lirih disertai senyuman kecut. Tangan kanannya lantas meraih undangan tersebut, lalu membaca sekilas isinya.
Acha tersenyum simpul.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Satya yang masih senantiasa membolak-balikkan undangan itu.
"Tentu!" seru Acha.
"Kamu.. bahagia sama laki-laki itu?"
Dengan bangga Acha menganggukkan kepalanya. Hingga membuat Satya akhirnya dapat bernapas lega. Mungkin kalian berpikir bahwa lelaki itu aneh. Namun menurut Satya sendiri, lebih baik begini. Setidaknya ia tak perlu takut melepas kepergian sang mantan kekasih. Sebab gadis itu benar-benar telah bahagia dengan pilihannya.
"Ya, aku bahagia dengannya," ungkap Acha dengan pasti. Sedetik kemudian ia sedikit memajukan badannya.
"Jadi, Mas Satya juga harus mencari kebahagiaan Mas sendiri!" lanjutnya kembali.
Satya mengulum senyum terbaiknya.
"Oke, akan kucoba nanti. Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
Romance[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...