Hari ini Acha rencananya hendak menangih hutangnya kepada sang kekasih. Tunggu, kalian jangan salah kira! Bukan hutang dalam artian sebenarnya, melainkan lelaki itu sudah berjanji akan menraktirnya apabila mendapat gaji pertama.
Setelah resmi menjadi tulang punggung keluarga, Satya mulai belajar mencari nafkah untuk keluarganya. Dia merasa tak tega melihat sang ibu yang harus terpontang-panting menghidupi kedua anaknya. Beruntung niat baiknya langsung didukung oleh pamannya. Sehingga ia dapat dengan mudah diterima sebagai karyawan lapangan di salah koperasi simpan pinjam yang dipimpin pamannya itu.
Setelah motor buntut keluaran tahun delapan puluhan itu terparkir dengan sempurna, kini Acha bergegas turun. Gadis itu lantas melepas helm yang ia kenakan dengan sedikit bantuan Satya.
"Udah?" tanya Satya yang kemudian diangguki Acha. Keduanya lantas berjalan beriringan memasuki restoran cepat saji yang kebetulan buka beberapa hari yang lalu. Jadi, tak heran kalau suasana di dalamnya terasa ramai.
Sesaat setelah membuka pintu utama restoran, netra gadis itu tak sengaja langsung mendapati seseorang yang sangat ia kenal. Ternyata kakaknya juga memilih restoran ini sebagai tempat singgah untuk makan siang. Dia datang tidak sendirian, melainkan bersama dengan seorang laki-laki. Saat ini mereka terlihat sedang duduk saling berhadap-hadapan di salah satu meja yang ada di ujung sana.
Melihat hal tersebut, secepat mungkin Acha mencegah Satya, sebelum lelaki itu menyadari keberadaan kakaknya.
"Mas, cari tempat yang lain aja yuk!" ajak gadis itu sedikit menyeret tubuh Satya supaya segera pergi meninggalkan restoran ini.
"Loh, katanya kamu penasaran sama rasa ayam goreng di sini. Udah gak papa, Yang. Aku habis gajian kemarin, jadi kamu gak perlu khawatir soal harga," balas Satya sedikit bingung.
"Iya, tapi maksud aku restorannya rame banget tuh. Kita pindah yang ada di Jalan Kenanga aja, gimana?"
"Lah, rame gimana? Parkirannya aja sepi gitu. Udah, ayo! Kamu gak perlu banyak alasan. Aku udah laper."
Sayangnya usaha Acha membawa serta Satya untuk segera pergi meninggalkan restoran itu berujung sia-sia. Lelaki itu tetap ngotot memilih makan di tempat itu, yang artinya Acha harus ekstra was-was. Jangan sampai kekasihnya itu tahu keberadaan sang kakak. Sebab dia tak mau kalau acara makan siang mereka terusik karena kehadiran Echa.
Acha tampak pasrah saat Satya menggandeng tangannya. Selama mereka mengantri, sebisa mungkin gadis itu mengalihkan perhatian Satya. Sesekali pula dia mencuri pandang ke arah di mana Echa berada. Namun, lama-kelamaan aksinya tak sengaja disadari oleh Satya.
"Yang, lagi liatin apa sih?!" tanya Satya saat memergoki Acha melamun sambil melihat ke satu titik.
"Hng?" gumam gadis itu lirih. Namun, sedetik kemudian dia langsung sadar dan buru-buru merubah ekspresinya. "Oh, nggak ada apa-apa."
Alis Satya tampak mengerut, tapi sedetik kemudian dia tak mau ambil pusing. Sekarang tiba saatnya giliran mereka. Dengan cekatan lelaki itu menyebutkan menu yang sudah mereka putuskan untuk memesannya.
***
Setelah selesai membayar, mereka pun bergeser untuk mencari tempat duduk. Di saat inilah Acha lengah. Sehingga membuat Satya akhirnya tahu keberadaan sang kakak.
"Eh, Yang! Itu bukannya si Echa ya?"
"Hah, Mbak Echa? Mana?" balas Acha yang memilih berpura-pura tidak tahu.
Sebenarnya gadis itu sedikit kecewa karena usahanya dalam menyembunyikan keberadaan Echa telah gagal.
"Itu yang duduk di sana," tunjuk Satya pada meja yang saat ini ditempati Echa bersama dengan seorang teman lelakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
Romansa[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...