Suasana pagi di kediaman keluarga kecil itu tampak normal seperti biasanya. Satya baru saja keluar dari kamar lengkap dengan pakaian rapi yang ia kenakan. Sedangkan Agni kini tengah menunggu kedua orang tuanya untuk sarapan bersama.
"Pagi cantik," sapa Satya sembari mengusap pelan rambut hitam legam milik putrinya itu.
Kemudian sapaan tersebut dibalas cepat oleh sang anak. "Pagi juga, Ayah!" serunya.
Satya lantas tersenyum lebar. Sedetik kemudian, ia pun beralih pada istrinya yang terlihat sedang berjalan menghampiri mereka sembari membawa dua piring nasi goreng di tangannya.
"Pagi, Bun."
Sapaan lembut itu hanya ditanggapi seadanya oleh wanita itu. Sepertinya ia masih malas untuk mengajak suaminya berbicara dari kemarin. Seketika gelagat kedua orang dewasa tersebut bisa dengan mudah dibaca oleh putri mereka.
"Ayah sama Bunda lagi berantem ya?" celetuk Agni tiba-tiba.
Baik Satya maupun wanita itu, tak ada satupun dari mereka yang mampu menjawab pertanyaan simpel tersebut. Mereka sama-sama berjengit kaget dan saling melempar tatapan satu sama lain.
"Ng-nggak kok, sayang. Emang kata siapa?" elak Satya pada putrinya.
"Kata Miss Vidya! Miss bilang kalo disapa orang tuh harus dijawab. Tapi Bunda gak jawab sapaan Ayah, berarti Bunda lagi marahan dong sama Ayah?"
"Eh.."
Echa tampaknya tak bisa mengelak lagi. Untung saja sang suami bisa langsung mengatasinya.
"Nggak, Ni. Bunda gak lagi marahan kok sama Ayah."
"Terus, tadi itu apa?"
Suasana kembali hening. Sang bunda sudah kehilangan ide untuk beralasan di depan putrinya.
"Bun, kata Miss Vidya, marahan sama orang lama-lama tuh, gak baik loh!" tutur Agni menasehati kedua orang tuanya.
Gadis kecil itu lantas turun dari kursi dan menggenggam lengan sang bunda dengan kedua tangannya.
"Bunda, jangan marah lagi ya sama Ayah! Agni janji lebih rajin sekolahnya," bujuk gadis kecil itu pada sang bunda.
Es di hati wanita itu tampak mulai sedikit mencair. Ia merasa tak tega jika putri kecilnya memohon padanya sampai seperti ini. Sejurus kemudian seulas senyum akhirnya ia torehkan di wajahnya.
"Iya sayang. Maafin Bunda ya?"
Agni menggeleng cepat. "Minta maafnya ke Ayah, Bun."
"O-oh! Iya.. ehm.. Bunda minta maaf ya, Yah."
Echa merespon dengan kikuk, tapi sedetik kemudian tetap diangguki oleh Satya. Sayang sekali interaksi keduanya tak cukup membuat Agni merasa puas. Hingga akhirnya ia memiliki ide supaya mereka cepat baikan.
"Kok gitu doang? Ayah, dipeluk dong bundanya!" protes gadis itu.
Echa lantas membulatkan kedua bola matanya. Berbeda lagi dengan Satya, dia dengan cepat bangkit dari tempat duduknya dan langsung menghampiri mereka berdua. Tanpa banyak kata lagi, dia lantas memeluk keduanya dengan erat.
"Oke, Bos!" seru Satya yang kemudian berhasil membuahkan tawa renyah dari putrinya.
***
Seperti biasa Agni selalu berangkat ke sekolah bersama dengan ayahnya. Gadis itu kini telah siap menggendong tas di punggungnya. Dari arah dapur, sang bunda datang dengan membawa dua kotak makanan di tangannya."Ni, jangan lupa dimakan bekalnya ya!" tutur sang bunda pada anaknya.
Agni dengan semangat menerima kotak makan tersebut sembari menjawab, "Siap, Bunda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
Romance[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...