Bab 22 | Deep Talk With Arumi

219 36 0
                                    

Setelah bertengkar dengan Satya, Echa memutuskan tidur di kamar Arumi. Sebab dia sudah malas melihat wajah suaminya itu. Entah mengapa tiba-tiba mood-nya menghilang.

Di sana Echa bisa mendapati putrinya sedang terbaring di samping Arumi. Setelah menutup pintu, ia pun mendekati mereka berdua.

"Rum, Agni udah tidur?" tanya Echa sambil menatap putrinya.

Arumi tak langsung menjawab, melainkan malah bangkit dan duduk di atas tempat tidur.

"Udah, Mbak. Dari tadi sore malah. Dia kayaknya kecapekan karena habis main di sawah," jelas Arumi sembari ikut menatap wajah damai keponakannya. Tangannya juga tak henti membelai lembut rambut gadis kecil itu.

Echa menganggukan kapalanya.

"Kalo gitu aku boleh minta tolong nggak, Rum?"

"Minta tolong apa toh, Mbak?" balas Arumi. Kini ia sudah mengalihkan pandangannya menghadap si kakak ipar.

"Malam ini tolong temani Ibu di kamar," pinta Echa.

Sebenarnya semenjak ia datang ke rumah ini, Echa dan Arumi selalu bergantian menjaga dan menemani Ibu di kamarnya. Sebab Ibu selalu minta tolong untuk dituntun ke kamar mandi jika beliau tiba-tiba terbangun di tengah malam. Maklumlah usianya sudah tidak muda lagi. Jadi, orang-orang yang ada di sekitarnya harus ekstra siaga dalam menjaga dan merawatnya.

Kebetulan untuk malam ini seharusnya menjadi giliran Echa. Namun, sayangnya wanita itu ingin menenangkan pikirannya sejenak. Dia tak ingin kalau ibu tahu jika dirinya baru saja bertengkar dengan putranya. Selain itu dia juga ingin melampiaskan emosinya dengan menangis sepanjang malam tanpa ada orang yang tahu.

Arumi tak kunjung mengiyakan permintaan sang kakak. Ia masih diam di tempatnya. Sebenarnya gadis muda itu tahu kalau permintaan Echa ini hanyalah sebuah alasan semata. Sebab sedari tadi dia tak sengaja mendengar pertengkaran kedua kakaknya.

Gadis muda itu tidak bermaksud menguping pembicaraan mereka. Hanya saja letak kamarnya yang kebetulan bersebelahan dengan kamar mereka. Sehingga ia dapat dengan mudah mendengarkan semuanya.

"Mbak, habis berantem ya sama Mas Satya?" tanya Arumi dengan hati-hati.

Echa seketika itu membungkam. Detik berikutnya Arumi pun akhirnya mengerti. Ia lantas turun dari tempat tidur.

"Ya udah, Mbak. Kalau Mbak Echa gak mau cerita juga gak papa. Maaf kalau aku terlalu ikut campur. Kalo gitu Mbak temenin Agni tidur ya. Biar aku gantiin buat jaga Ibu," pesan gadis itu seraya menutup pintu.

Setelah kepergian Arumi, Echa mendudukkan dirinya di atas kasur. Terdengar helaan napas beratnya. Sedangkan tangannya kini tengah memijat pelipis yang terasa begitu pening.

Untuk ke sekian kalinya, ia kembali bertengkar dengan sang suami. Namun, pertengkaran kali ini sepertinya yang paling parah di sepanjang perjalanan rumah tangga mereka.

Biasanya pertengkaran mereka berakhir dengan ia yang lebih memilih mengalah dan memaafkan lelaki itu. Namun, entah Echa mendapat keberanian dari mana, tiba-tiba dengan berani dia menyindir sang suami secara terang-terangan.

Cukup lama Echa terdiam sambil menundukkan kepala. Hingga beberapa saat kemudian bahunya mulai bergetar, serta napasnya ikut tersengal-sengal. Ibu dari satu anak itu akhirnya tak kuasa menahan tangisannya lagi. Air matanya pun seketika itu jatuh melewati pipi.

***

"Mas, kok belum tidur?"

Arumi baru saja datang dari arah dapur. Kebetulan tadi gadis itu sedang merasa haus, jadi dia memutuskan untuk mengisi cangkirnya kembali. Saat dia hendak kembali ke kamar. Tak sengaja matanya menangkap bayangan Satya yang tengah duduk sendirian sambil melamun di depan televisi.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang