Acha tahu bahwa hari ini Wira akan pulang setelah melakukan kunjungan ke salah satu tambang batu baranya yang ada di luar Pulau Jawa. Biasanya wanita itu terlihat antusias dalam menyambut kepulangan sang suami. Namun, kali ini agaknya berbeda sekali. Tidak ada sambutan hangat maupun perayaan makan malam kecil-kecilan. Sebaliknya Wira malah mendapatkan perlakuan dingin dari wanita itu.
"Kamu kenapa lagi, Princess?" tanya lelaki itu ketika dirinya hendak menagih pelukan dari sang istri. Namun, sayang sekali Acha malah melengos dan langsung masuk ke dalam kamar.
Wira menaikan sebelah alisnya. Dia merasa heran dengan sikap wanita itu. Tiba-tiba terlihat manja padanya, tapi juga tiba-tiba berubah dingin padanya. Seingatnya, terakhir kali ia meninggalkan rumah ini, lelaki itu tak membuat kesalahan apapun. Melainkan sebaliknya Acha sudah terlihat mau mengajaknya berbicara kembali.
Karena tak mendapatkan jawaban apapun, Wira akhirnya memutuskan untuk segera menyusul istrinya. Setelah dia sampai di kamar, lelaki tersebut dapat menemukan Acha yang sedang sibuk memindahkan pakaiannya ke dalam lemari.
Tanpa basa-basi Wira lantas menghampiri wanita itu. Ia duduk di atas kasur sembari memperhatikan gerak-gerik sang istri.
"Princess," panggilnya setelah sekian lama berdiam diri di sana. Wira berharap kali ini Acha mau terbuka padanya. Sehingga ia bisa tahu apa yang telah membuat wanita itu tiba-tiba berubah.
"Apa, Mas?" balas wanita itu dengan lembut. Namun sayangnya Acha tak mau melihat wajah suaminya. Ia bahkan masih berpura-pura menyibukkan diri.
"Lihat aku sebentar!" pinta laki-laki itu sembari menahan istrinya supaya tidak bergerak.
Acha mendesah panjang. Ia pun akhirnya mengalah. Lantas saja wanita itu terpaksa membalas tatapan sang suami.
"Kamu kenapa?" ulang Wira sekali lagi.
"Aku nggak papa," jawab Acha ketus. Kini dia berusaha melepaskan genggaman tangan mereka. Namun, tampaknya Wira masih tetap ngotot.
"Nggak! Aku mau kamu jelaskan dulu semuanya padaku. Biar aku tahu maksud hatimu."
Bukannya bercerita, Acha malah menitihkan air matanya. Seketika itu Wira langsung dibuat kelabakan. Dia bingung karena dirinya sangat tidak pandai menghibur orang lain. Apalagi orang tersebut adalah manusia berjenis kelamin perempuan.
Akhirnya Wira tak punya pilihan lain. Ia hanya mengikuti nalurinya. Secara perlahan lelaki itu membawa tubuh sang istri ke dalam dekapannya yang hangat.
Wira memeluk istrinya dengan erat. Sesekali ia memberikan usapan-usapan lembut pada punggung kecil itu.
"Aku tahu, Mas, gak sepantasnya aku menaruh curiga pada suami sendiri. Apalagi sudah jelas kamu pamitnya buat kerja," ucap Acha disela-sela isak tangisnya.
"Tapi entah kenapa ada saja yang mencoba menggangguku."
Kali ini Wira memilih diam sembari menyimak ucapan sang istri. Dia benar-benar serius ingin tahu tentang isi hati wanita itu, termasuk juga keluh kesah yang Acha rasakan.
Acha menjeda sejenak ceritanya. Sekarang ia sudah puas menangis. Segera wanita itu mendorong tubuh Wira agar menjauh.
Acha nampak sibuk menyeka air mata yang tersisa di pipinya. Wira pun tak ingin diam saja. Ia juga ikut membantunya. Setelah selesai, lelaki itu akhirnya berkata kembali, "Jadi, maksud kamu ada yang sengaja memfitnahku selingkuh selama pergi kemarin?"
"Hah? Jadi semua itu cuman fitnah, Mas?"
Wira terkekeh mendengar pertanyaan polos yang istrinya ajukan. Dia lantas mengacak-acak rambut si wanita sembari mengangguk kecil. "Memangnya tampangku cocok ya kalo jadi tukang selingkuh?" tanya lelaki itu setengah bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
Romance[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...