Bab 3 | Effort

391 44 2
                                    

Siang itu Satya baru saja selesai mengajar. Setelah keluar dari kelas, ia segera menuju ruang dosen karena dirinya sudah tak bisa menahan lapar lebih lama lagi. Di samping itu juga ia tak sabar ingin merasakan masakan istrinya.

Senyuman laki-laki itu merekah, tatkala ia mendapati bekal berupa cumi-cumi bumbu rujak lengkap dengan sayur asem Jakarta yang sengaja disiapkan sang istri. Bagi Satya, menu ini selalu menjadi favorit di hatinya.

"Weh, Pak Satya! Makan, Pak?" tegur Barra, salah satu teman dosennya yang tiba-tiba memasuki ruangan.

Satya tersenyum padanya.

"Iya, Pak. Saya duluan, ya."

"Iya, mari silahkan."

Hampir saja Satya menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Namun, tiba-tiba datanglah seseorang yang juga ikut menegurnya kembali.

"Sat! Kantin, yuk!" ajak dosen lain dengan gaya santainya.

"Yah, Jak. Aku udah bawa bekal dari rumah," balas Satya tak kalah santai. Mereka berdua sudah biasa berbicara dengan gaya seperti itu. Mengingat keduanya sudah menjadi sahabat dekat semenjak menimba ilmu di bangku perkuliahan.

"Ck! Lo gak asik, Sat! Gak bosen apa, makan masakan si Echa mulu?" tanya Jaka merasa sedikit kesal. Memang semenjak Satya menikah, mereka jarang sekali makan siang di kantin kampus.

"Ya gak mungkin bosen, Pak. 'Kan masakan istri sendiri," sahut Barra dari bilik mejanya.

"Iya, sih! Tapi setahu gue masakan istrinya asin semua, dah!"

Mendengar ejekan Jaka, membuat Satya langsung melototkan mata. Ia seakan tak terima jika kemampuan memasak sang istri direndahkan seperti itu.

"Apa?! Emang bener 'kan Echa gak pinter-pinter banget kalo urusan dapur."

"Terserah! Sana lo! Gak usah ganggu gue lagi," ucap Satya geram seraya mengusir lelaki itu.

Namun, Jaka tak kunjung beranjak dari tempatnya. Tiba-tiba pintu ruang dosen dibuka oleh seorang wanita muda. Dia masuk sambil menenteng tas laptop serta setumpuk kertas di tangannya.

"Nah! Beda banget sama saudaranya yang satu ini. Bener 'kan, Cha?" tanya Jaka.

"Ada apa, Pak?" balas wanita itu yang tampak bingung karena dirinya tak tahu pokok pembahasan dari ketiga laki-laki di depannya ini.

"Itu si Satya gak terima kalo istrinya dibilang gak pinter masak. Gak kayak kamu yang jago banget, padahal 'kan kalian kakak adek, ya."

TRANG!

Suara keras itu asalnya dari Satya. Ia tiba-tiba saja membanting sendok yang ada di tangannya. Menurutnya apa yang dikata Jaka kali ini sudah sangat keterlaluan.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung membungkam. Dengan cepat Satya pergi setelah dirinya mengemasi semua barang-barangnya. Bahkan aura menyeramkan tampak terpancar dari wajahnya. Kini nafsu makan laki-laki itu seketika menghilang.

"Pak Jaka kenapa tiba-tiba bahas hal yang gak penting, sih? Pak Satya jadi marah, tuh!" ucap wanita itu sembari berlalu menuju mejanya.

"Emang gue salah apa?! Gue 'kan cuman belain lo, Cha?"

Namun, pembelaan Jaka tersebut hanya ditanggapi dengan gelengan kepala oleh sang lawan bicara.

***


Di tempat lain, ada seorang wanita yang sedang menunggu Agni keluar dari kelas. Berhubung jam pulang sekolah juga akan berakhir beberapa menit lagi. Tak begitu lama dari tempatnya berdiri, kini anak kecil berusia delapan tahun itu datang menghampirinya.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang