Bab 40 | Selamat, Ayah!

259 33 1
                                    

Setelah berdebat dengan Jaka pagi tadi, Satya akhirnya mau menuruti perkataan sahabatnya itu. Dia benar-benar pulang ke rumahnya. Namun karena masih memiliki rasa gengsi yang tinggi, Satya memutuskan kembali di saat keadaan rumah sedang sepi. Tampaknya lelaki itu masih enggan bertemu dengan istrinya.

Berhubung siang ini Satya ada jadwal mengajar, maka ia harus segera mengganti pakaiannya. Baru setelahnya ia cepat-cepat pergi ke kampus sebelum sang istri pulang dari mengantar Agni. Namun, ketika dia sedang mengecek kembali barang-barang yang akan dibawa ke kampus. Ternyata Satya tak menemukan charger laptopnya. Lelaki itu baru ingat kalau charger tersebut terakhir ia letakan di atas nakas dekat tempat tidur.

Maka segera Satya keluar dari ruang kerjanya, lalu berlari kecil memasuki kamarnya. Seperti dugaannya, charger tersebut memang tergeletak di atas nakas. Namun, bukan benda itu yang menarik perhatiannya kali ini. Melainkan sebuah amplop putih dengan logo rumah sakit yang tercetak di sana.

Merasa penasaran, Satya pun akhirnya meraih amplop tersebut. Diperhatikannya sekilas hingga ia menemukan nama sang istri tertera di sana. Buru-buru ia membuka amplop tersebut, takut kalau Echa tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Setelah usai membaca keseluruhan isinya, Satya seketika itu tampak bergeming di tempatnya.

Ceklek!

"Mas, kamu udah pul–"

Bertepatan dengan itu juga Echa baru saja kembali dari mengantar Agni. Ia lantas masuk ke kamarnya setelah tahu kalau mobil sang suami terparkir di depan rumah. Namun, apa yang ia lihat sekarang? Satya tengah berdiri mematung seraya memegang secarik kertas yang selama ini ia sembunyikan.

"Dek, kamu..," lirih Satya seraya menoleh dengan ekspresi datarnya. Seketika itu Echa merasa takut kalau suaminya memberikan respon yang berbeda. Asal-asal lelaki itu malah marah kepadanya karena tak memberitahu dia lebih cepat.

"Mas, aku bis–"

Belum sempat Echa menghindar, dengan langkah lebar Satya langsung membawanya ke dalam pelukan. Lelaki itu kini menangis haru di pundaknya. Perlahan tangan Echa membalas pelukan tersebut.

"Makasih, Bun. Makasih udah mau wujudin keinginanku," bisik lelaki itu disela-sela tangisannya. Bahkan kedua tangannya pun bergerak merengkuh istrinya lebih erat lagi.

"Hmm.. selamat ya, Yah!" balas Echa lembut.

Beberapa menit kemudian pelukan mereka merenggang. Namun kedua lengan si lelaki masih betah bertengger di pinggang istrinya. Kini dia bergerak secara perlahan mendekatkan bibirnya pada kening wanita itu. Dalam sekejap Satya memberikan sebuah kecupan lembut di sana. Sedangkan di sisi lain Echa tampak tersenyum bahagia.

Cup!

"Love you," bisik Satya.

"Love you more."

***

Setelah mengetahui kehamilan istrinya, Satya mengurungkan niatnya untuk pergi ke kampus. Lelaki itu memutuskan bermalas-malasan di rumah saja. Bahkan kini ia telah merebahkan tubuhnya dengan kepalanya berada di atas pangkuan Echa. Sedangkan wanita itu tengah fokus menonton televisi yang kebetulan menayangkan acara gosip dari para selebritis.

"Kamu gak jadi ke kampus, Mas?" tanya Echa memecah keheningan.

Sejenak wanita itu merasa heran dengan suaminya. Bukankah seharusnya lelaki itu pergi mengajar di jam sepuluh pagi? Tapi mengapa saat ia melirik sekilas jam yang terpasang di dinding, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit.

"Buat apa?" jawab Satya enteng. Hingga akhirnya mengundang tatapan penuh tanya dari sang istri.

"Ya kerja dong, Yah! Masak anak mau nambah satu, tapi malah malas-malasan?!"

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang