Sesampainya di kafe, Acha segera mengedarkan pandangannya. Tak butuh waktu lama, netranya kini langsung menangkap siluet punggung seorang laki-laki yang sudah lama sekali tak ia jumpai. Tanpa basa-basi gadis itu pun segera menghampirnya.
Satya yang akhirnya menyadari keberadaannya seketika itu langsung berdiri. Ia lantas menyambut Acha dengan pelukan hangat. Begitupun juga dengan gadis itu. Dia tak mau kalah, Acha juga melakukan hal yang sama.
Setelah beberapa menit kemudian pelukan mereka akhirnya terlepas. Bahkan sebagai penutup Satya sempat mencuri kecupan singkat di dahi si gadis. Hingga sontak perlakuan manisnya sukses membuat Acha menjadi salah tingkah.
"Duduk, yuk!" ajak Satya. Lelaki itu lantas menarik kursi yang ada di hadapannya. Sedangkan Acha tak dapat menyembunyikan senyumannya.
Setelah keduanya duduk saling berhadapan, tak sengaja netra lelaki itu menangkap tangan si gadis. Dengan santainya Acha menaruh sebuket bunga mawar berwarna merah di atas meja. Mungkin gadis itu tak sadar kalau ia membawa bunga itu semenjak memasuki kafe ini. Tentu gerak-geriknya mengundang rasa penasaran Satya.
"Dari siapa, Yang?" tanya lelaki itu dengan pandangan yang masih terpaku pada buket bunga tersebut.
"Hm?" gumam Acha lirih. Hingga secara perlahan ia mengikuti arah pandang sang kekasih.
"Itu," tunjuk Satya dengan menggunakan dagu.
Sejenak Acha tampak diam terpaku. Dalam hati ia terus merutuki kebodohannya. Sungguh gadis itu lupa kalau akan bertemu dengan Satya.
"Oh, ini.. dari.. ehm.. dari.. temenku! Iya, temenku yang cewek! Itu loh yang tadi aku sempet mampir ke kosannya. Dia ngasih ini sebagai tanda permintaan maaf karena udah lupa gak ngadoin apa-apa pas aku ulang tahun kemarin," ujar Acha beralasan tentu dengan nada bicara terbata-bata.
"Oh..," gumam Satya sedikit ragu.
Di sisi lain, diam-diam Acha terus menggigiti bibirnya. Tampaknya ia sedang gelisah karena respon yang Satya berikan seperti kurang mempercayai ucapannya. Namun, beruntung lelaki itu tak ingin membahas masalah ini lebih jauh lagi. Sebagai gantinya, perlahan-lahan Acha menyingkirkan buket bunga tersebut dari pandangan lelaki itu.
"Kamu udah pesan?" tanya Acha mengalihkan pembicaraan.
"Belum," jawab Satya singkat seraya menggelengkan kepala. "Aku sengaja nunggu kamu."
"Kalau gitu pesan sekarang gimana?"
Satya lantas menganggukan kepalanya. Tak lama kemudian seorang pelayan menghampiri meja mereka. Selama memilih menu, Satya sempat melirik sekilas gadisnya. Terlihat jelas saat ini Acha tampak ingin memesan beberapa menu, tapi ia sadar kalau harus berhemat. Tanpa sadar lelaki itu tertawa geli. Sepertinya dia sudah melupakan soal buket bunga tadi.
"Pesan apa aja yang kamu mau, Yang. Anggap ini sebagai hadiah ulang tahun dariku," kata Satya disertai dengan senyuman.
Ucapan lelaki itu otomatis disambut senyuman antusias oleh si gadis. Tanpa pikir panjang ia pun segera menyebutkan menu-menu apa saja yang sedari tadi diincarnya.
"Kuliahmu gimana?" tanya Satya membuka obrolan sesaat setelah pelayan tersebut pamit undur diri.
"Hm? Oh, lancar kok, Mas."
"Kapan sidang? Kali aja aku bisa pulang kalo jauh-jauh hari tahu perkiraan harinya."
"Hmm..," gumam Acha seraya memutar bola matanya. "Kayaknya bulan depan, deh."
"Oh, oke. Aku coba kosongin jadwal buat bulan depan."
"Mas Satya beneran bisa nyempatin pulang? Nanti takutnya malah ganggu loh," ucap gadis itu sedikit merasa tak enak hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
Romansa[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...