Bab 14 | Alasan

194 27 0
                                    

Pagi ini Echa berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda bersama adiknya. Namun saat dirinya keluar dari kamar, dia tak menjumpai Acha di meja makan.

"Bu, Acha mana? Apa dia gak masuk lagi?" tanya Echa pada ibunya yang kala itu sedang mencuci wajan penggorengan bekasnya memasak oseng tempe.

"Oh, si Acha udah berangkat tadi," jelas Ibu tanpa menatap sang anak.

Alis Echa seketika itu mengerut. Ia merasa aneh pada adiknya yang tiba-tiba berangkat tanpa menunggunya terlebih dahulu.

"Loh, emang Acha berangkatnya naik apa?" tanya gadis itu sekali lagi.

"Sama temannya, Cha."

Mendengar jawaban dari ibunya, Echa seketika merasa penasaran dengan wujud dari temannya Acha ini. Padahal dia sudah biasa melihat Acha pergi dengan teman-temannya. Namun, entah mengapa kali ini berbeda. Sepertinya si adik sedang pedekate dengan seseorang.

"Temennya Acha cowok ya, Bu?"

Ibu menutup kerannya, lalu berbalik menatap putrinya.

"Iya dia cowok, kalo gak salah kemarin dia juga datang ke sini."

Ternyata benar dugaannya. Pasti Acha sedang pedekate sama seseorang.

"Oh, iya. Ibu baru sadar kalo anaknya pernah ke sini juga."

Deg!

Echa seketika itu tergelak saat mendengar ucapan Ibu. Jangan-jangan..

"Iya, Cha! Seingat Ibu dia juga temanmu! Itu anak cowok yang keliatan kalem," seru Ibu kemudian.

"Bu.."

"Eh, udah cepetan makannya. Nanti keburu telat loh!" putus Ibu.

Akhirnya Echa melaksanakan perintah ibunya. Walaupun dirinya masih terkejut setelah mendengar fakta yang baru saja ia dapatkan. Setahunya teman cowok yang pernah datang ke rumahnya hanya Satya dan Januar saja. Kalau Januar yang dimaksud ibunya, rasa tidak mungkin. Sebab tingkah laku laki-laki itu sangat tidak cocok untuk kategorikan kalem.

Sekilas teori-teori kebetulan yang kemarin sempat ia simpan di otaknya mulai menyambung satu per satu. Tidak! Kali ini Echa masih mengelaknya. Ia tak ingin berburuk sangka terlebih dahulu.

***

Sesampainya di kelas, Echa langsung mendapati Satya yang tiba-tiba dikerubungi oleh teman-temannya. Lelaki itu memang terkenal sekali di sekolahnya. Sebab dia menjabat sebagai ketua Osis. Namun, pemandangan yang seperti ini jarang terlihat. Jadi, tak mungkin jika laki-laki itu sedang mengadakan fansign dadakan di kelas. Pasti ada sesuatu yang baru saja terjadi!

"Sat, beneran nih lo udah jadian sama si adik kelas itu?"

Samar-samar Echa dapat mendengar ucapan seseorang yang berhasil menarik perhatiannya itu. Dalam sekejap ia pun menoleh pada kerumunan siswa yang ada di ujung sana.

"Iya, bener 'kan, Sat? Lo pacaran 'kan sama si Acha?" desak siswa lain.

Mata gadis itu bisa menangkap dengan jelas bahwa Satya saat ini tampak mengangguk sembari tersipu malu. Pemandangan tersebut seketika membuatnya sakit hati. Susah payah ia menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Sebab gadis itu tak ingin beranjak dari sana. Dia masih penasaran dengan kelanjutannya.

"WOOOOH! EMANG KETOS GAK KALENG-KALENG INI MAH!" seru segerombolan siswa di sana.

Sudah cukup! Echa sudah tak tahan lagi. Ia lantas berdiri dari tempat duduknya. Lalu tanpa mempedulikan sekitar, ia lantas melesak keluar dari kelas. Bahkan sapaan Gina tak ia hiraukan sama sekali.

Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang