Setiap pagi Bapak selalu rutin membersihkan kandang burung beo yang ia beri nama Tejo itu. Namun ketika akan memutar keran, ia tak sengaja melihat ada sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Sekilas Bapak merasa heran, seingatnya ia tak pernah melihat mobil ini sebelumnya.
Tak lama setelah itu seorang pria berpenampilan rapi dengan kemeja biru muda yang ia kenakan turun dari mobil tersebut. Pria tersebut masih kelihatan muda, kira-kira seusia menantunya yang pertama. Akhirnya dengan rasa penasaran yang tinggi, Bapak pun menghampiri pria tersebut.
"Assalamualaikum, Pak," sapa pria muda itu dengan senyuman lebarnya. Sedetik kemudian ia langsung mencium tangan Bapak dengan sopan.
"Wa'alaikumsalam. Cari siapa, Nak?" balas Bapak tak kalah ramah.
"Saya Jaka, Pak. Teman kerjanya Acha."
"Owalah! Ternyata kamu Jaka yang dulunya sering main ke rumah itu toh?" kata Bapak yang baru menyadari kalau pria muda itu ternyata Jaka. Bapak ingat sekarang kalau dia sempat beberapa kali main ke rumah, sebelum keluarganya pindah ke Surabaya.
Jaka tersenyum malu-malu.
"Panggling aku, Jak. Kamu banyak berubahnya sekarang."
Jaka menyengir lebar mendengar pengakuan Bapak.
"Jadi makin ganteng 'kan, Pak?" goda pria muda itu.
Kini tawa keduanya pecah saat itu juga.
"Gimana kabarmu sekarang? Udah punya anak berapa?" tanya Bapak tiba-tiba.
Mendengar kata "anak", membuat senyuman di wajah Jaka perlahan mulai luntur.
"Ehm.. anu, Pak. Belum," jawabnya kikuk.
"Loh?! Belum nikah toh kamu?" kata Bapak sedikit terkejut.
Sebisa mungkin Jaka harus tetap terlihat baik-baik saja. Walaupun sebenarnya lelaki itu tak terlalu suka kalau ada orang yang membahas tentang status pernikahannya.
"Sudah, Pak. Tapi istri saya udah lama meninggalnya."
"Innalillahi wa innalillahi rojiun. Aduh, maafkan Bapak ya, Nak. Bapak beneran gak tau," sesal Bapak.
"Iya, nggak papa, Pak," balas Jaka seraya tersenyum tipis.
"Oh ya Pak, Achanya ada?"
"Ada di dalem. Ayo, masuk! Biar Bapak panggilkan sebentar," ajak Bapak seraya merangkul pundak pria muda itu.
Jaka memutuskan menunggu di teras saja, sedangkan Bapak pamit ke dalam sebentar. Sepertinya dia ingin memberitahu putrinya kalau ada tamu yang sedang menunggunya.
Tak lama kemudian, Bapak kembali lagi ke depan sembari membawa nampan berisikan dua cangkir kopi dengan asap yang masih mengepul. Melihat hal tersebut, Jaka dengan sigap berdiri, lalu mengambil alih nampan tersebut.
"Aduh, Pak. Kok malah jadi saya yang ngerepotin."
"Gak papa, Nak. Ibu lagi pergi ke pasar, jadi Bapak yang buatkan. Ayo, diminum dulu!"
"Iya, Pak," balas Jaka seraya meminum kopinya. Hal serupa juga dilakukan oleh Bapak.
Kini mereka berdua memutuskan mengobrol bersama di teras seraya menunggu Acha selesai berdandan.
"Si Acha tadi lagi dandan. Mungkin sebentar lagi keluar. Gak papa 'kan kalo nunggu agak lama?" kata Bapak setelah menaruh cangkirnya kembali.
"Nggak papa, Pak. Saya nyantai kok."
"Jadi, kamu ini ngajarnya juga satu kampus sama Acha ta?"
"Iya, Pak. Kebetulan saya, Satya, sama Acha ngajar di satu fakultas yang sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah Alamat | Sungjin Day6
Romance[WattpadRomanceID's Reading List - Oktober 2023 - Bittersweet of Marriage] Satya selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kecilnya. Namun, angan-angan itu seakan sangat sulit untuk ia wujudkan. Semua ini berawal dari bayang-bayang m...