Boleh tau asal kalian dari mana?
~o0o~"Segala sesuatu yang dapat kamu bayangkan itu nyata."
°°°
Bugh...
Pukulan keras mendarat dengan sempurnanya di wajah Rey, membuat pemuda itu menatap Pram dengan tajam.
Bugh!
Krek!Dengan sekali pukulan, Pram langsung tersungkur di tanah dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah. Pemuda yang berambut panjang itu bangkit sembari memegangi tangan kirinya yang terasa sakit, ia menatap seluruh anggotanya yang sudah banyak terkapar tak berdaya.
Mongols Devil dan juga Dregon England. Kedua geng yang sama-sama brutal, mereka tak kenal dengan kata mengampuni jika ketenangan mereka diusik. Jika berani menyakiti salah satu dari mereka, walau seujung kuku pun, Rey dan juga Lara tak akan melepaskan orang itu.
"CABUT!" Pram berteriak pada seluruh anggotanya, ia berlari terbirit-birit mendekati motor sport nya. Sedangkan Lara dan juga Rey yang melihat itu tersenyum puas.
Rey melangkah mendekati Lara. Hati kecilnya itu sungguh tak tenang memikirkan keselamatan gadis itu. Lara, gadis yang bersifat layaknya seorang preman kini berhasil membuatnya jatuh cinta, jatuh pada pesona yang setiap kali membuat jantung Rey berdetak lebih cepat.
Rey menatap Lara dengan penuh khawatir, ia berjongkok dengan tangan yang memegangi pundak gadis itu. "Lo gapapa?" tanyanya, pelan dan mendapatkan gelengan kepala dari Lara. Rey menghelangkan napas, lalu membantu gadis itu untuk berdiri.
"Bib—"
"Dengerin buat lo semua!" Teriakan Rey itu membuat semua anggota menatapnya, heran. Termasuk Lara yang ada disampingnya.
"Hari ini, detik ini, 15 Desember 2019 dia. Vazzeline Lara Ayudisha, leader Dregon England. Gue tandai milik gue, pacar gue. Kalau ada yang berani nyakitin dia, walau seujung kuku-kuku pun nggak akan gue ampuni." Rey berkata tegas, sesekali ia melirik kearah Lara yang menatapnya dalam diam.
Deg..
Jantung Lara berdetak tak karuan akibat perkataan itu, ia seketika menegang saat Rey menggenggam tangannya dengan senyuman manis yang terukir indah di bibir pemuda itu.
"Wow, primitif. Traktir lah kita-kita nih, ya nggak?Biar hubungan lo langgeng gitu," seruh Andra membuat yang lainnya memekik setujuh, terutama para sahabat Lara.
"Iya nih, Rey. Di tempat biasa," timpal Dimas.
Rey memutar bola matanya jengah. Tanpa basa-basi pemuda itu langsung mengeluarkan kartu ATM-nya dan melemparkannya pada Andra. Untung saja Andra dengan gesit menangkap nya. Setelah itu, Rey menarik tangan Lara. Lara yang masih terkejut itu dengan bodohnya mengikuti langkah pemuda itu dengan mulut yang diam membisu.
"Kunci motor lo mana?"
Lara menyodorkan kunci motornya pada Rey dan langsung diambil dengan senang hati oleh pemuda itu. Lagi-lagi Rey melemparkannya pada Andra. "Anterin motor Lara ke rumahnya, gue mau pergi sama dia," pintanya.
Tangan kanan nan kekar itu terulur membenahi rambut Lara yang menutupi wajah cantik gadis itu, Rey tersenyum tipis melihat ekspresi Lara. Ia memakaikan gadis itu helm full face lalu menaiki motor sport-nya.
"Udah?"
"Udah kok," jawab Lara sedikit gugup. Sungguh ia tak pernah membayangkan jika pemuda yang ada dihadapannya itu sekarang adalah pacarnya. Seorang Reynal Alghavero. Cowok yang sama sekali tak pernah menunjukkan belas kasihan pada siapapun.
'Wafer nabati gue masih banyak, Tuhan. Jangan biarin gue mati dulu,' batin Lara menjerit histeris.
Rey menatap kearah sahabat sejenak lalu menancap gas dengan kecepatan rata-rata. Lengkungan dibibir Rey tercetak jelas saat menatap Lara dari balik kaca spion, tangannya itu menarik tangan Lara, agar memeluk pinggangnya.
"Lo gak usah takut sama gue. Gue gak akan pernah celakain pacar gue sendiri dan gue, akan selalu jagain lo!" celetuk Rey membuat Lara sedikit kaget, gadis itu hanya tersenyum kikuk atas apa yang dikatakan Rey.
•••
Rey menghentikan motornya disebuah gedung yang lumayan besar. Ia turun dari motor sport nya diiringi Lara, gadis itu menatap gadung itu dengan heran, warna gedung yang merah kehitaman itu membuatnya langsung menatap kearah Rey. "Lo mau bunuh gue, ngapain lo ngajak gue kesini?!"
Bukannya menjawab pertanyaan Lara, Rey justru menarik tangan gadis itu mendekati bangunan yang berwarna merah kehitaman itu. Ia membuka pintu bangunan itu lalu melangkah memasukinya.
Lara seketika terdiam melihat keindahan isi didalam bangunan itu, mata nan lentik itu tertuju pada rumah pohon yang dihiasi dengan lampu warna-warni dan juga ayunan yang menggantung indah dibawahnya.
"Bagus banget," puji Lara tanpa sadar membuat Rey tersenyum tipis.
"Ini siapa yang buatnya, Rey?"
"Udah lama, lo mau naik ayunan ini enggak?" Tawaran itu membuat Lara mengganggu kuat, ia berjalan mendekati ayunan yang dipegang Rey dengan senyuman yang terukir indah di bibirnya.
"Gue ayun, ya?" Lagi-lagi Lara mengangguk setuju, membuat Rey tersenyum. Pemuda itu mulai mengayunkan ayunan itu dengan pelan membuat Lara berdecak kesal.
"Cepetin dong, Rey!" suruh nya dan langsung dituruti oleh Rey.
Rey mengayunkan ayunan itu dengan cepat membuat Lara benar-benar tertawa lepas, namun menit berikutnya gadis itu meringis kesakitan karena ayunan yang ia naiki itu, putus. Beda dengan Rey yang tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.
Lara menatap kearah Rey dengan wajah kesal. "Lo kok malah ketawa sih?! Bukannya bantuin juga!"
Rey seketika menghentikan tawa nya mendengar perkataan Lara itu, ia membopong tubuh mungil gadis itu, mendudukkannya dikursi kayu yang berada tak jauh dari situ.
"Udah berapa lama sih, tu ayunan. Sampe-sampe gue jatuh segala lagi, sakit tau gak?!" tanya Lara dengan wajah yang masih kesal.
"Tujuh tahun."
"Kalau gue rindu seseorang, gue kesini. Gue ngejaga ini sendiri udah tujuh tahun." Rey menghadap ke arah Lara. Cowok itu menggenggam tangan Lara, menatap gadis itu dengan dalam. Lagi lagi jantung Lara berdetak tak karuan dibuatnya.
"Tapi sekarang, gue udah punya lo dan lo cuma punya gue. Tempat ini, akan menjadi saksi kalau gue cinta sama lo. Gue akan selalu prioritaskan lo, sepenting apapun itu, tapi lo lebih penting bagi gue. Lo itu pelangi yang membawa warna
Rey melangkah kebelakang Lara. Ia mengeluarkan kalung liontin yang berinisial huruf 'R♡L' memakaikannya pada gadis itu lalu melepaskan kuncir yang dipakai Lara. "Jangan dilepas, biar orang tau kalau lo udah ada yang punya dan jangan pamerin apa yang gue punya," bisik Rey tepat ditelinga Lara.
"Hari ini, besok dan seterusnya, gue akan selalu cinta sama lo, Vazzeline Lara Ayudisha."
°°°
A/N: HEY! Call me Yia, not Author/Bunda!😭🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...