23. REY & NIA?

1.1K 180 78
                                    

Andra berlari-lari dengan wajah gembira menuju kelas, ia menghentikan langkahnya tepat didepan pintu kelas XII IPA 2 itu, menarik napasnya panjang-panjang lalu. "WOI, KITA JAMKOS, GURU GAK ADA!" teriaknya membuat seisi kelas menjadi heboh dengan sorakan histeris.

Lara mengerem kesal, kepalanya yang sakit itu bertambah sakit karna sorakan gembira pada murid. Gadis itu menongak, memukul meja dengan kuat membuat suasana kelas yang tadinya ricuh menjadi hening, bahkan Rey yang tertidur itupun ikut terbangun. "Bisa diem gak sih, berisik tau gak. Kayak gak pernah jamkos aja!" murka Lara dengan wajah pucat.

"Kamu mau kemana, Lar?" tanya Rey pada Lara. Namun Lara sama sekali tak memperdulikan pertanyaan Rey itu, ia terus melangkah keluar kelas. Kejadian semalam benar-benar membuatnya merasa jengah pada Rey. Bahkan pemuda itu hari ini sama sekali tidak menjemputnya untuk berangkat ke sekolah, alhasil karna motor Lara sedang ada di bengkel, gadis itu harus berangkat dengan angkutan umum, sendiri.

"Kasian banget, dicuekin doi. Tapi, mungkin itu azab lo, karna udah mainin dua cewek di waktu bersamaan, ya... Walaupun azabnya belum dimulai," seruh Vino tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Ucapan dari Vino itu membuat Rey emosi, tangan kekar itu menggumpal dengan kuatnya, hingga urat-urat yang berwarna hijau kehitaman itu terlihat jelas. Rey berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Vino yang berada tak jauh darinya.

Suasana kelas semakin tegang saat melihat Rey mencekam kerah seragam Vino dengan kuatnya, menatap Vino dengan tatapan tak bisa diartikan. "Maksud lo apa?!" murka Rey dengan wajah merah menahan emosi.

Vino meletakkan ponselnya, ia menatap Rey dengan santai. Tangan Vino yang kekar itu bahkan memegang tangan Rey, melepaskan tangan pemuda itu perlahan dari kerah bajunya lalu menepuk-nepuk kerah bajunya seakan menghilangkan debu dari situ. "Santai dong Bang, kalo emang gak salah, kenapa harus marah? Atau, tebakan gue benar. Lo mainin dua cewek dalam waktu bersamaan, Lara sama Nia?" Senyuman smirk tercetak jelas dibibir Vino. Pemuda itu seakan tau segalanya tentang Rey.

Rey menunjuk wajah Vino dengan jari telunjuknya. "Lo, gak usah ikut campur masalah gue sama Lara. Dan gue, gak pernah mainin dua cewek, seperti yang apa lo bilang!" tegas Rey.

Vino tersenyum manis, hingga deretan gigi putihnya itu terlihat, ia menepuk pelan pundak, Rey. "Ya, gue sih gak peduli ya. Mau lo mainan dua cewek, tiga cewek, bahkan sepuluh cewek, tapi. Lo jangan sampe mainin perasaan Lara, kalo lo emang gak suka lagi sama dia, lo putusin aja dia. Gue siap kok jadiin Lara itu pacar gue."

Bugh..

Rey memukul Vino dengan kuat, membuat pemuda itu tersungkur dilantai dengan sudut bibir yang sedikit robek. Para murid yang melihat itu terkejut bukan main, mereka sama-sama bungkam, tak berani untuk merelai aksi keduanya, karna saat ini Rey benar-benar terlihat sangat marah.

"Maksud lo apa, hah?!" bentak Rey penuh emosi, tangannya itu terus mencekam kerah seragam Vino dengan kuat, mata itu menatap Vino dengan tajam, seakan ia ingin menghabisi pemuda itu sekarang juga.

Bukannya takut, Vino mala tersenyum. Ia seakan sengaja memancing emosi Rey. "Reynal Alghavero, pacar seorang Vazzeline Lara Ayudisha. Ck, ck, ck... Lo, baru pacar Lara, bukan suaminya. Jadi mau Lara deket sama siapapun, itu bukan hak lo sepenuhnya. Apa tadi gue bilang." Vino berpikir sejenak, lalu memetik jarinya. "Nah, kalo lo udah gak suka sama Lara, gue siap kok jadi pacarnya Lara, eh bukan. Jadi suaminya Lara," lanjut Vino diiringi kekahan kecil.

267 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang