🔥Happy reading🔥
*
*
*"LO!"
Plak!
Tamparan keras yang dilayangkan Nia membuat pipi Lara memanas. Darah segar mengalir dari sudut bibir gadis itu. Nia, mencekeram dagu Lara kuat. Sorotan matanya menatap Lara penuh kebencian.
"Ingat ya Lara! Itu juga gara-gara lo!" tegasnya menghempaskan begitu saja dagu Lara.
"Lo nyalahin gue? Terus, lo lahir juga salah gue?! Berhenti salahin orang lain untuk sikap egois lo, Nia!"Lara menatap Nia tak kala sengit. "Lo pikir, di dunia ini cuma lo yang gak pernah bahagia, hah?! Enggak, banyak yang lebih menderita dibanding lo! Tapi lo? Ngerasa paling tersakiti padahal rasa sakit lo itu gak seberapa!"
"Lo pikir, di dunia ini hidup cuma gak adil sama lo doang, iya?! Enggak! Nyatanya lebih banyak orang yang menderita, bahkan lebih parah dibanding apa yang lo rasain sekarang, lo pikir dengan nyalahin gue terus menerus hidup lo akan bahagia? Enggak! Justru hidup lo sendiri gak akan tenang, Nia!"
"GAK USAH SOK TAHU LO, LARA!" Nia memekik.
"Lo gak ngerasain apa yang gue rasain selama ini!" Tangan Nia terulur menarik rambut panjang Lara yang tergerai dengan kuat, ia menjambak nya tanpa ampun."Nia." Suara berat yang terasa familiar itu membuat Nia kontan membalikkan tubuhnya. Jek, melangkah mendekatinya.
"Apa kabar, putri nya Velinna?" Jek tersenyum sarkastik menatap Lara. "sudah puas menghancurkan hidup kami?" lanjutnya.
"Menghancurkan? Emang ya, anak sama Bapak sama aja. Kesalahan diri sendiri di salakan pada orang lain!"
"Jaga ucapan kamu, Lara!" Jek menunjuk Lara dengan telunjuknya. "saya bisa melakukan lebih dari apa yang kamu pikirkan!" lanjutnya.
Melihat Jek yang mengeluarkan pisau lipat, Lara bergeming. Pria itu mengayunkan kakinya lebih dekat, tangan kekar itu membelai rambut Lara dengan senyuman smirk, dan satu tangan Lara terangkat mengangkat pisau lipat. Ia mengatakannya pada pipi mulus Lara.
"Saya sudah menunggu lama hari ini, Lara ...."
Tanpa rasa iba, Jek menggoreskan pisau tadinya pada pipi mulus milik Lara. Pria itu tertawa bahagia, saat darah segar milik Lara mengalir dengan derasnya.
Saat Jek ingin kembali melakukan itu, pintu gudang terbuka dengan kasarnya. Lintang, dengan kedua pemuda di belakangnya melangkah mendekati Jek.
"MAKSUD LO APA, HAH?!" Lintang murka, pria itu menarik kerah pakaian Jek dengan kasar.
Jek justru terkekah geli, pandangannya tertuju pada Vino yang menatapnya tak kala sengit.
"Masih hidup ternyata kamu, Bocah?"ada jeda sejenak. "apa tusukan yang Saya berikan kurang dalam?"
Rahang Vino mengeras dengan tangan yang mengepal kuat. "Anda pikir Saya akan mati dengan semudah itu?!"
"Kenapa tidak?" Jek mengangkat bahunya tak acuh.
"Bocah tengil sok pahlawan sepertimu pantas mati!""Bang, sakit ...."
Rintihan dari Lara berhasil membuat perhatian mereka teralihkan. Wajah pucat serta darah yang mengalir membuat tangan Lintang mengepal-menahan emosi yang tertahan. Namun, Jek malah terkekeh melihat wajah khawatir mereka.
Saat Lintang ingin melangkah mendekati Lara, Jek lebih dulu mengarahkan senjata tajam pada bagian leher gadis itu. "Jika kalian berani melangkah, Saya pastikan nyawanya akan melayang detik ini juga!"
Dengan kasar, Rey menarik tangan Nia yang ada di sebelahnya. Pemuda itu mengarahkan senjata api membuat Jek bergeming-terkejut akan apa yang dilakukan Rey barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...