43. CUMA KAMU!

1.8K 165 295
                                    

Heyyo!! Happy reading ❤️

43. Cuma  kamu

Setelah kejadian di mana Vino mengaku bahwa ia hanya merasa kasihan kepada Lara, semenjak itulah keduanya seperti orang asing. Mereka sama-sama tak menegur satu sama lain, bahkan saat tak sengajah berpapasan pun keduanya seakan tidak melihat satu sama lain. Mereka sama-sama saling menjauhi.

Namun, yang membuat Vino heran adalah Lara. Gadis itu hanya masuk beberapa hari saja dalam seminggu, bahkan saat masuk Lara lebih dulu keluar untuk istirahat maupun pulang sekolah.

Lara yang sudah menyelesaikan soal ulangan hariannya bangkit dari duduk, ia melangkah memberikan lembar jawabannya pada guru mapel kemudi melangkah keluar. Dan kebetulan saat itu Vino juga telah menyelesaikan soal ulangannya.

Tanpa Lara sadari, Vino menguntitnya dari belakang. Dahi Vino mengernyit kala melihat Aby menghampiri Lara dan memberikan gadis itu sebuah kresek putih yang ukurannya terbilang sedang.

Di sana, Lara menerimanya dengan senang hati dan senyuman tipis.

"Thanks, gue jadi banyak berhutang budi sama lo."

Mendengar hal tersebut, Aby lantas terkekeh geli.

"Sans aja, gue cuma bantu bawain lo obat sama surat keterangan dari Kak Iqbal, cuma itu bukan apa-apa. Lagian gue sama dia satu rumah, saudara lagi!"

"Tapi... emangnya lo sakit apa Lar?"

Sejurus Lara terdiam membisu.

"Cuma penyakit biasa, bukan apa-apa," balasnya kemudian, diiringi senyuman.

Aby lantas menganguk. "Gue bantu doa deh, semoga lo cepat sembuh," ujarnya dengan seulas senyuman.
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya."

Lara menganguk mengiyakan, bersamaan dengan itu Aby melangkah berbelok.

"Percuma, gue juga gak bakal sembuh," Lara membatin ketika Aby benar-benar menghilangkan dari pandangannya.

Sedangkan Vino yang berada cukup jauh dari Lara hanya diam, ia hanya memperhatikan gerak-gerik gadis itu tanpa tahu apa yang di bicarakan keduanya tadi. Melihat Lara yang beranjak, Vino dengan hati-hati melangkah mengikutinya dari belakang.

Lara memasuki toilet, ia menatap dirinya dari pantulan cermin kemudian membasuh wajahnya. Gadis itu menghelangkan napas gusar menatap kantong kresek putih yang ia pegang.

"Sekarang gue cuma bisa bergantung sama lo!" Lara terkekeh geli dengan apa yang barusan ia katakan, setelah itu ia melangkah keluar tanpa menyadari jika ada Vino yang bersandaran di balik tembok. Gadis itu berjalan seakan tak melihat Vino.

"Ekhem, lo gak liat gue nungguin lo dari tadi di sini??" suara Vino membuat langkah Lara terhenti.

Gadis itu lantas berbalik menatap Vino datar. "Yang nyuruh lo siapa?"

Berdecak pelan, Vino kemudian melangkah mendekati Lara dengan kedua tangan yang ada di dalam saku. Pemuda itu menatap Lara yang lebih pendek darinya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Lo emang gak nyuruh gue, tapi sifat lo yang nyuruh gue! Kenapa lo selalu absen??"

"Lo siapa sampe nanya urusan pribadi gue?!" Lara menentang.

"Kalo cuma ngerasa kasihan. Mending gak usah, karena gue gak ada sama sekali masalah sama siapapun!! Jadi lo gak perlu sok care sama gue!" sambungnya.

Vino diam tak membalas. Ia hanya menatap Lara lekat, seolah mencari kebohongan lewat tatapan gadis itu.

"Lo harus tau satu hal Lar," Vino akhirnya membuka suara.

267 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang